Unsur Budaya, Funsi dan Makna

Unsur Budaya yang ada pada pewayangan
1.    Unsur Seni

a.    Seni Drama

Melalui seni drama dapat kita ketahui dan hayati makna kefalsafahan dari setiap cerita atau lakon wayang yang bersifat klasik seperti cerita Dewa Ruci dari epos Mahabharata, yang mengisahkan Werkudara ketika berguru pada Dewa Ruci mengenai ilmu kesempurnaan dan kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam badannya. Cerita tersebut memberikan gambaran, bahwa kejiwaan manusia lebih luas dari pada dunia dengan segala isinya.

b.  Seni Lukis Atau Seni Rupa

Seni lukis atau seni rupa yang dapat dilihat dari bentuk wayang, sunggingan dan tata warnanya, yang masing-masing warna mewakili simbol kejiwaan tersendiri, missal : bentuk wayang yang menunjukkan karakter atau watak dari tokoh wayang tersebut dengan sunggingan yang serasi, komposisi warna yang sempurna, sehingga tidak mengacaukan pandangan dan menyelaraskan jiwa bagi mereka yang melihatnya.

c.   Seni Suara

Seni suara yang kita tangkap dalam setiap pergelaran wayang, dikumandangkan secara merdu oleh para sinden (penyanyi) serta ki dalang, yang diiringi dengan perpaduan bunyi gamelan dengan alunan dan irama lagu yang begitu indah.

e.   Seni Karawitan

Seni karawitan yang dapat dinikmati dari lagu-lagunya yang etis dan estetis. Seni karawitan merupakan pengiring lagu yang harmonis, laras dan anggun untuk lakon yang dipergelarkan ki dalang. Peranan gamelan sangat penting dalam parkeliran atau pergelaran wayang, terlebih dengan tuntutan suasana khidmat, harmonis serta luhur merupakan perpaduan dari peran gamelan, kandha (dialog) seta suluk (pengucapan ki dalang tentang situasi cerita) menjadi sangat penting.

2.    Sistem teknologi atau peralatan

Teknologi dan peralatan adalah bagian paling pokok dalam pertunjukan wayang yang tidak dapat dipisahkan. Karena darisitulah nilai-nilai keestetisan dan cita rasa itu muncul.  Misalnya saja dalam pagelaran wayang tidak ada seperangkat gamelan, pastilah didalam pagelaran tersebut akan terasa sepi dan sunyi. Jadi, peralatan dan kelengkapan itu adalah bagian dari pendukung dan pemanis suatu pertunjukan. Wayang menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif di dalam masyarakat. Dapat diapakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat diapakai sebagai alat untuk mengadakan pedekatan kepada masyarakat¸ memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-baluknya.

3.    Organisasi Masyarakat

Dalam pertunjukan pagelaran wayang ini adalah sebagai sarana untuk saling hormat-menghormati, bergotong royong dan menjunjung tinggi solidaritas antar sesama masyarakat. Tentu saja untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. dalam wayang terepresentasikan dalam sistem tata pemerintahan dan sistem tata masyarakat. Kemampuan dalang dalam memanfaatkan peluang sangat potensial untuk wahana kesadaran masyarakat dalam memaknai demokrasi, egalitarianisme, dan isu-isu terkini.

4.    Bahasa

Dari segi bahasa pedalangan kita bisa meniliknya karena begitu indah dan menawan hati. Misal bahasa pedalangan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timut pada umumnya digunakan bahasa menurut tata bahasa Jawa dengan menggunakan idiom Kawi yang menimbulkan rasa luhur dan angker, unggah-ungguh dalam penggunaan bahasa seperti ngoko, ngoko alus, tengahan, krama, krama inggil, kedatonan dan lainya.

5.    Sistem Ekonomi

Dari sistem ekonomi sendiri kita bisa meniliknya lewat pagelaran wayang tersebut. Terlebih biasanya dalam pagelaran wayang mengundang banyak magnet para pedagang, baik itu pedagang kaset-kaset wayang, makanan, maupun  yang lain. Jadi dalam sebuah pagelaran wayang ini dapat sedikit menguntungkan para pedagang-pedagang kecil, merekapun sedikit bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah dalam sebuah pagelaran wayang tersebut.

6.    Sistem pengetahuan

Banyak sekali pengetahuan yang dapat kita dapatkan melalui wayang. Misalnya kita dapat mengetahui seorang tokoh wayang dan karakter yang ada didalam tokoh tersebut. Kita juga bisa sedikit mengambil hikmah ataupun amanat yang terkandung dalam kisah wayang yang telah disajikan oleh ki dalang.



7.    Unsur Religi

Unsur religi ini sangatlah kental kaitannya dengan pementasan wayang, karena dalam pementasan wayang tersebut sangat disakralkan. Dan sistem religi ini sudah membentang sejak sistem religi animisme-dinamisme, tata alam sakral, Hindu, hingga Islam. Bahkan sistem religi ini bisa mengatasi konsepsi-konsepsi agama yang selama ini sangatlah berbelit-belit dalam menindak lanjuti suatu hukuman.

Fungsi dan Makna Pementasan Wayang

Wayang di tengah masyarakat juga mempunyai fungsi yang penting sebagai sarana pendidikan, penghayatan estetis, hiburan, integritas sosial, kegiatan ekonomi dan sebagai lambang yang penuh makna. Seiring dengan kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi pertunjukan wayang masih tetap eksis, walaupun mendapat gempuran budaya massa baik dari dalam maupun luar negeri. Keluwesan dan kelenturan sajian wayang kulit yang selalu menghembuskan nafas zaman, maka wayang kulit purwa Jawa masih tetap bertahan dan disenangi masyarakat sebagai tontonan, tuntunan dan tatanan.

Dari segi makna sendiri wayang bisa dikatakan sebagai contoh atau pembelajaran di kehidupan masyarakat. Misal dalam pertunjukan wayang pada lakon tertentu seperti lakon Dewaruci, juga mengandung nilai-nilai filsafati seperti, nilai etika atau estetika. Pandangan lain mengenai wayang adalah sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata misalnya dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama dan menjadi sebuah keselarasan yang indah.

Dari segi bentuk pementasan wayang ini bukan hanya sekedar hiburan belaka, tetapi pementasan wayang ini sebagai sarana untuk komunikasi dan berinteraksi antar sesama masyarakat.

Unsur Budaya Tradisi Nyadran

1.    Unsur Seni

Unsur seni pada tradisi nyadran terletak di waktu warga atau masyarakat setempat berbondong-bondong membersihkan suatu pemakaman. Dimana disitulah terdapat keestetisannya, sebagai contoh yang semula suatu makam itu kotor dan dipenuhi dengan rumput liar. Wargapun tidak sungkan untuk membersihkannya dan merawatnya, supaya makam tersebut akan lebih kelihatan enak dipandang mata.
2.    Tehnologi atau peralatan.

Kita bisa melihatnya dari masyarakat itu sendiri. Biasanya para peziarah dengan bawaan bakul dan tenong (rantang) yang berisi daharan  sak ubo rampe-nya. Nasi, sayur, ayam ingkung, bakmi, sayur kentang atau krecek merupakan menu yang telah dipersiapkan sejak jago kluruk pertama terdengar dini hari.
Acarapun dilanjutkan dengan kembul bujono dengan alas daun pisang utuh yang telah disediakan di tengah kalangan. Nasi putih segera dicecer di tepian daun pisang. Ayam ingkung segera dicuwel, satu per satu dibagi rata. Sayur krecek dan bakmi segera tertebar menyelimuti nasi putih. Kemudian hadirinpun dipersilakan makan bersama.

3.    Organisasi Masyarakat

Dengan adanya tradisi nyadran ini akan menimbulkan rasa persaudaraan dan solidaritas tinggi, karena tradisi nyadran ini dilakukan secara kolektif, melibatkan seluruh warga desa.  Spirit budaya ini menjadi kekuatan ampuh mempersatukan heterogenitas budaya Jawa yang seringkali terpencar. Spirit itu tercermin dalam budaya gotong royong yang menciptakan ruang kekerabatan dan keharmonisan antar warga. Partisipasi masyarakat di dalam upacara nyadaranan menggambarkan adanya tindakan harmoni sosial, keteraturan sosial, dan kerukunan sosial sebab semua anggota masyarakat dalam lingkaran bertetangga tersebut dalam suasana yang sama dan juga menikmati makanan yang hampir sama sehingga inilah suatu wujud dari konsepsi jawa mengenai slamet, rukun, dan harmoni.

4.    Bahasa

Dalam tradisi nyadran ini kita melihat unsur budaya bahasa ini pada prosesi ritual yang dilakukan, misalnya pada prosesi ritual tersebut dilakukan dengan tahlilan, pembacaan mantra-mantra atau unen-unen yang khas pada budaya jawa.

5.    Sistem Ekonomi

Dalam tradisi nyadran ini sendiri bisa jadi menjadi daya tarik sendiri, Segala bentuk aktivitas yang cenderung berkembang tersebut ditangkap oleh beberapa komponen masyarakat sebagai peluang yang menjanjikan dan perlu dikembangkan. Adanya perayaan nyadran, secara alamiah telah membuka ruang pertumbuhan dan distribusi ekonomi masyarakat. Seperti peningkatan perekonomian, seperti pertanian, perdagangan dan jenis-jenis usaha lainnya.



6.    Sistem Pengetahuan

Adnya tradisi nyadran ini, kita akan mengerti betapa pentingnya suatu kebersamaan dan kerjasama, secara tidak langsung kita juga menghormati dan menghargai makam-makam leluhur yang sudah mendahukui kita. Dan secara tidak langsung juga kita sudah melestarikan dan nguri-uri budaya yang sudah lama diwariskan oleh para leluhur kita.

7.    Religi

Tradisi nyadran ini hanyalah bentuk sebagai ucapan puji syukur terhadap Allah SWT. Yang pada intinya tradisi ini untuk bersih desa atau sedekah bumi dengan maksud mengaktualisasikan rasa syukur terhadap nikmat Allah yang telah diberikanNya. Mereka berpedoman bahwa dengan sedekah, Allah akan menambah rizki yang telah diperoleh dan akan lebih meningkat nilai berkahnya. Selanjutnya melalui kirim doa yang ditujukan pada arwah leluhur. Masyarakat meyakini bahwa para leluhur yang shaleh dapat menjadi washilah (mediator) segala bentuk hajat dan permohonannya dikabulkan oleh Allah.

Fungsi dan Makna Tradisi Nyadran
Fungsi dari tradisi nyadran ini hanyalah sebagi bentuk ritual ucapan syukur terhadap nikmat dan berkah yang sudah diberikan oleh Allah.
Tradisi nyadran intinya berupa ziarah kubur pada bulan Syaban (Arab), atau Ruwah dalam kalender Jawa, menjadi semacam kewajiban bagi orang Jawa. Ziarah dengan membersihkan makam leluhur, memanjatkan doa permohonan ampun, dan tabur bunga tersebut adalah simbol bakti dan ungkapan penghormatan serta terima kasih seseorang terhadap para leluhurnya.
Makna yang terkandung dalam persiapan puasa di bulan Ramadan adalah agar orang mendapatkan berkah dan ibadahnya diterima Allah. Lewat ritual nyadran, masyarakat Jawa melakukan penyucian diri. Mereka mengunjungi makam leluhur, membersihkan batu-batu nisan dari rumput liar dan ilalang, dan melakukan kendurian. Meski bentuk kegiatan sama, namun makna nyadran sangat berbeda dengan ziarah kubur.





Unsur budaya yang ada pada Tradisi Upacar Kematian
1.    Unsur Seni

Dari tradisi upacara kematian ini kita bisa menilik dan mencermati unsur-unsur budaya yang ada didalamnya seperti unsur seni misalnya, kita dapat melihat unsure seni dari ubarampe-ubarampe yang digunakan, sepeti bunga yang dibentuk sedemekian rupa, dan itu menjadi ceminan estetis yang ada didalam upacara tersebut.

2.    Tehnologi atau peralatan

Kita bisa melihatnya dari materi atau ubarampe sajian seperti tikar, benang lawe, jodog, sentir, clupak, minyak klentik, sisir, minyak wangi, cermin, kapas, pisang, beras, gula, kelapa, jarum dan lain sebagainya yang mana hal ini biasanya pada selamatan seribu hari adalah sebagai lambang dari segala perlengkapan hidup manusia sehari-hari, dan semua itu dimaksudkan sebagai bekal roh si mati dalam menjalani kehidupan di alam baka.

3.    Organisasi Masyarakat

Adanya tradisi upacara kematian ini dapat memunculkan rasa simpati terhadap seseorang yang mendapatkan musibah. Disini juga dapat membangun dan mendorong rasa saling gotong royong dan kerjasama antar warga masyarakat dalam memperingati upacara kematian ini.

4.    Bahasa

Dalam tradisi upacar kematian kita dapat melihat unsur budaya bahasa ini pada prosesi ritual yang dilakukan, misalnya pada prosesi ritual tersebut dilakukan dengan tahlilan, pembacaan ayat suci al-Qur’an, mantra-mantra atau unen-unen yang khas pada budaya jawa.

5.    Sistem Ekonomi

Solidaritas juga terbentuk karena diberlakukannya sistem sumbangan bagi para yang datang berupa sejumlah uang yang nominalnya tidak ditentukan. Sumbangan bagi masyarakat Jawa sendiri menyimbolkan kepedulian dari orang yang datang kepada orang yang mengadakan selametan. Namun, secara tidak langsung sumbangan ini juga menyimbolkan adanya hutang yang dibangun oleh masyarakat, yang imbasnya justru mempererat hubungan antar warga. Dengan diberlakukannya sistem sumbangan sebenarnya hal ini mengikat rasa solidaritas warga, sehingga sumbangan memiliki sifat sebagai dana sosial.


6.    Sistem Pengetahuan

Upacara kematian ini mengingatkan bahwasannya kita besuk juga akan mengalami apa yang namanya mati. Hakekatnya, manusia dapat menangkap pengetahuan, perasaan gembira dan sedih, rasa enak dan sakit dan sebagainya, hakekat ini tidak akan mati, karena kematian itu hanyalah terhentinya fungsi panca indera dan organ-organ tubuh. Dengan demikian kematian itu adalah tidak berfungsinya seluruh organ tubuh yang berlangsung secara mutlak. Sedangkan hakekat manusia yakni jiwa dan ruhnya tidak mati. Kematian hanyalah berpisahnya ruh dari tubuh, atau dirampasnya manusia dari kebiasaan menggunakan kesenangan dan kenikmatan duniawi secara tiba-tiba.

7.    Religi

Upacara selametan kematian ini mempunyai sifat sakral yang dimilikinya berusaha menjadi perantara antara yang mati dengan yang hidup, karena secara wujud yaitu dalam bentuk persembahan, barang-barangnya ada di dunia manusia, namun barang- barang tersebut ditujukan pada leluhur yang berbeda ruangnya.

Fungsi dan Makna

Adapun makna dilaksanakannya upacara kematian adalah untuk menghormati orang yang mati. Menurut kepercayaan masyarakat, orang mati hanyalah mati raganya atau fisiknya, sedang jiwa atau nyawa atau roh tetap terus hidup. Roh orang yang telah mati mempunyai kemampuan dan kekuatan yang luar biasa, jauh diluar kemampuan dan kekuatan orang yang masih hidup.

Sedangkan fungsinya adalah untuk untuk untuk mengingat-ingat kembali akan jasa-jasa orang yang telah meninggal. Ahli waris pada selamatan ini harus mengingat kebesaran almarhum-almarhumah. Dengan cara ini mereka akan lebih berhati-hati dalam hidup dan akan meningkatkan amal perbuatan. Kecuai itu, mereka juga akan lebih yakin bahwa kematian adalah peristiwa khusus.

Wasita Adi

Funsi dan Makna Wasita Adi

Wasita adi sendiri adalah pitutur baik. Jadi fungsi dari wasita adi sendiri adalah sebagai pedoman dan patokan tingkah laku dalam kehidupan sehari, wasita adi juga sebagai paweling atau pengingat untuk selalu biasa memilah dan memilih mana yang baik mana yang buruk. Dari situlah kita bisa mengerti dan tahu bagaimana hidup di dunia ini.
Dari segi makna sendiri, wasita adi ini memberikan penjelasan bagaimana seseorang itu bisa berkelakuan baik dan sesuai adt yang berlaku misalnya saja :

Ajining diri iku dumunung saka ungkeling ukara. Mula den ati-ati ing samubarang rembug. Pamrihe aja nglarani atine liyan. Alus, manis lan trapsilaning ukara nglungguhake badan saengga kepraban minangka wong becik. Semono uga ajining sarira, yaiku sapa wonge ngepenake penganggone sarana busana kang patut uga trapsila -ora kudu larang,nanging salaras karo kahanan, bakal ngluwesake pasrawungan lan mapanake kalungguhan ing papan kang luwih kinurmat.
Artinya ;
Kepribadian seseorang terletak dari bagaimana dia bertutur kata. Maka harus berhati-hati di setiap ucapan agar tak menyakiti hati orang lain. Halus dan santun saat bertutur akan menempatkannya sebagai orang baik. Begitupun dengan penampilan fisik. Siapapun yang mengutamakan memakai pakaian yang pantas dan santun bukan berarti mahal, tapi selaras dengan keadaan, akan luwes dalam hubungan serta akan menempatkannya di tempat yang lebih terhormat.

Primbon Jawa
Fungsi dan Makna Primbon

Fungsi primbon adalah sebagai perbandingan dalam menjalani kehidupan, tetapi bukan untuk sebagai patokan hidup, karena primbon hanyalah sebatas ramalan yang sifatnya mendahului takdir manusia dan itu bisa saja dikatakan syirik. Ramalan primbon jawa inipun tidak selalu benar adanya dalam wujud apa yang ada didalam kehidupan manusia. Kita cukup memandang primbon hanyalah sebagai perbandingan atas apa yang ada dalam kehidupan.

Sedangkan dari segi makna primbon jawa adalah seluk beluk sebuah ramalan yang ada pada kehidupan manusia yang berisi berbagai macam pandangan, mulai dari jodoh, arti nama, tanggal lahir dan yang lainnya. Janganlah terlalu meyakini primbon, karena bisa saja kita akan terjumus pada sesuatu ketidak pastian karena primbon hanyalah sebatas ramalan belaka.







Unsur budaya Tradisi Tingkeban

1.    Unsur Seni

Unsur seni yang terkandung dalam tradisi tingkeban adalah pada saat prosesi sendiri itu dilakukan.  Karena pada saat prosesi itu dilakukan maka terdapatlah ubarampe-ubarampe ataupun pernak-pernik yang menghias pada sekeliling prosesi tersebut. Missal terdapat bunga-bunga ataupun yang lain. Dari situlah unsure seni dan cita rasa estetispun muncul.

2.    Tehnologi atau Peralatan

Kita bisa meniliknya lewat elemen-elemen yang ada pada tradisi tersebut, karena peralatan atau alat dalam sebuah tradisi itu sangat diperlukan, misalnya ubarampe yang ada pada tradisi ini yaitu pemilihan pakaian batik saat prosesi berlangsung, ataupun ubarampe-ubarampe lainnya. Oleh sebab itu peralatan atau alat pada sebuah tradisi adalah elemen pokok dan penting yang harus ada pada sebuah tradisi.

3.    Organisasi Masyarakat

Dalam upacara tradisi ini dapat memupuk tingkat persaudaraan dan solidaritas tinggi, karena dalam upacara tersebut terselip sebuah rasa kasih sayang dari orang tua maupun sanak saudara kepada anak yang sedang melakukan prosesi adat tersebut. Bukan berhenti disitu saja, masayarakat lain bisanya juga ikut berpartispasi dan ikut bekerja sama, gotong royong dalam mengsukseskan acara tersebut.

4.    Bahasa

Dalam tradisi upacar tingkeban kita dapat melihat unsur budaya bahasa ini pada prosesi ritual yang dilakukan, misalnya pada prosesi ritual tersebut dilakukan dengan, pembacaan ayat suci al-Qur’an, berjanjen maupun sampai mantra-mantra atau unen-unen yang khas pada budaya jawa. Misalnya Sesepuh desa membaca beberapa mantra dan mengajari beberapa kalimat untuk ducapkan oleh shohibul hajat. Salah satu penggalan kalimat tersebut adalah ”Niat ingsun nylameti jabang bayi, supaya kalis ing rubeda, nir ing sambikala, saka kersaning Gusti Allah. Dadiyo bocah kang bisa mikul dhuwur mendhem jero wong tuwa, migunani mring sesama, ambeg utama, yen lanang kadya Raden Kamajaya, yen wadon kadya Dewi Kamaratih kabeh saka kersaning Gusti.”




5.    Sistem Ekonomi

Dalam sistem ekonomi ini kita sedikit bisa melihat dari berbagai piranti yang ada tidak hanya sedikit. Maka dapat disimpulkan bahwasannya dapat disimbolkan biaya dari pembelian sebuah piranti ataupun peralatan yang ada pada sebuah tradisi tersebut. Sistem ekonomi ini juga mencakup biaya pengeluaran yang harus dikeluarkan pada upacara tersebut. Meskipun begitu para keluargapun tidak keberatan dalam mengeluarkan biaya yang tidak sedikit pula.

6.    Sistem Pengetahuan

Banyak sekali pengetahuan yang dapat kita dapatkan melalui tradisi tingkeban, mulai dari simbol-simbol, ubarampe yang digunakan maupun yang lain terselip sebuah filosofi dan makna yang sangatlah mendalam, misalnya saja Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

7.    Religi

Setelah semua prosesi dilaksanakan, maka pada tahap terahir dilakukan syukuran yang mengundang kerabat, tetangga dan tokoh agama untuk melaksanakan selamatan atau biasa disebut genduri (yasinan). Hal ini dilaksananakan pada malam hari ba’da isya yang di ahiri do’a untuk keselamatan calon bayi serta keluarga, dan akan menjadi penutup serangkaian acara Tingkeban yang dilaksanakan. Upacara ini diyakini masyarakat mengandung makna agar kelahiran bayi tidak banyak mengalami hambatan dan menjadi anak yang sholeh dan berbudi pekerti yang baik. Dengan berbagai prosesi dan ritual, mulai dari pembacaan Al-Qur’an, mandi kembang, pembelahan kelapa yang menandakan jenis kelamin bayi, pemecahan telur, dan lain sebagainya.

Fungsi dan Makna

Dari berbagai simbol tindakan dan sesaji ritual tingkeban/mitoni demikian, memang tampak bahwa masyarakat Jawa memiliki harapan-harapan keselamatan. Masyarakat Jawa menganggap mitoni sebagai ritual yang patut diperhatikan secara khusus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna dan fungsi cultural selamatan mitoni adalah: (1) untuk mewariskan tradisi leluhur, agar tidak kesiku (mendapatkan marabahaya) dan (2) untuk menjaga keseimbangan, keselarasan, kebahagiaan, dan keselamatan (slamet, ora ono apo-apo) hidup yaitu kondisi aman tenteram tanpa gangguan makhluk lain atau alam sekitar. Selain itu, tradisi tujuh bulanan (tingkeban/mitoni) menunjukkan karakter masyarakat Jawa yang berpikir asosiatif.

Hakikatnya, tradisi ini adalah memohon keselamatan kepada Allah Swt. Sebagaimana ungkapan: “jabang bayi lahir sageto welujeng selamet ampunenten alangan sak tunggal punopo”. Anak yang dikandung akan terlahir dengan gangsar (mudah), sehat, selamat, fisik yang sempurna, tidak ada gangguan apa-apa. Ini sebenarnya menggambarkan budi pekerti Jawa yang selalu memproses diri melalui penyucian diri untuk memohon kepada yang Maha Kuasa. Artinya, wujud pengabdian diri kepada Allah Swt.

Unsur Budaya pada Tradisi Pernikahan

1.    Unsur Seni

Unsur seni yang terkandung dalam tradisi pernikahan adalah pada saat prosesi sendiri itu dilakukan.  Karena pada saat prosesi itu dilakukan maka terdapatlah ubarampe-ubarampe ataupun pernak-pernik yang menghias pada sekeliling prosesi tersebut. Kita juga bisa melihatnya dari setting panggung, biasanya didalam itu dibuat sedemikian rupa dan seindah mungkin karena di atas anggung tersebut adalah pengucapan ikrar sejati dari dua orang yang saling mencintai. Dari situlah unsur seni dan cita rasa estetispun muncul.

2.    Tehnologi atau Peralatan

Dari peralatan sendiri dalam tradisi perkawinan ini yang diperlukan tidaklah sedikit, mulai dari penyewaan aperalatan ataupun yang lain. Kita juga bisa meniliknya lewat elemen-elemen yang ada pada tradisi tersebut, karena peralatan atau alat dalam sebuah tradisi itu sangat diperlukan dan sangatlah pokok untuk mendukung sebuah tradisi tersebut.

3.    Organisasi Masyarakat

Dalam organisasi masyarakat sendiri, tradisi perkawinan ini akan menumbuhkan jiwa hormat menghormati dan saling menghargai antar sesama. Disini juga akan terjalin suatu solidaritas yang tinggi dan kerjasama diantar masyarakat satu dengan yang lainnya.

4.    Bahasa

Kita bisa menilik unsure budaya bahasa ini pada saat suatu tradisi itu dilakukan. Pada tradisi perkawinan ini biasanya dilakukan dengan tuntunan do.a-doa maupun dengan pembacaan suatu kitab tertentu. Dan itu sudah mengakar pada budaya jawa yang ada pada ruang lingkup kehidupan masyarakat.
5.    Sistem Ekonomi

Dalam sistem ekonomi ini kita sedikit bisa melihat dari berbagai piranti yang ada tidak hanya sedikit. Maka dapat disimpulkan bahwasannya dapat disimbolkan biaya dari pembelian sebuah piranti ataupun peralatan yang ada pada sebuah tradisi tersebut. Sistem ekonomi ini juga mencakup biaya pengeluaran yang harus dikeluarkan pada upacara tersebut. Meskipun begitu para keluargapun tidak keberatan dalam mengeluarkan biaya yang tidak sedikit pula. Solidaritas juga terbentuk karena diberlakukannya sistem sumbangan bagi para yang datang berupa sejumlah uang yang nominalnya tidak ditentukan. Sumbangan bagi masyarakat Jawa sendiri menyimbolkan kepedulian dari orang yang datang kepada orang yang mengadakan selametan.

6.    Sistem Pengetahuan

Banyak sekali pengetahuan yang dapat kita dapatkan dari tradisi perkawinan, diantaranya wujud sebuah kebudayaan yang dapat mempersatukan dua insane yang saling mengikrarkan janji suci mereka. Kita juga dapat mengetahui bagaimana prosasi itu berjalan, mulai dari akat nikah sampai dengan yang lain. Kita juga bisa mencontohnya dimasa depan nanti.

7.    Religi

Dalam tradisi perkawinan ini sangatlah kental dengan unsure budaya yang satu ini, karena dalam tradisi perkawinan adalh prosesi yang sangat suci, misalnya saja adalah janji suci kedua insane untuk saling hidup berdampingan, upacara perkawinan ini juga dilengkapi dengan pembacaan kitab-kitab suci dan do’a-do’a yang selalu mengiringinya.
Fungsi dan Makna
Makna dari perkawinan adalah salah satu tahap dari perjalanan hidup manusia sebagai satu pilihan diantara dua pilihan yang menentukan jalan hidup manusia. Oleh karena itu perkawinan merupakan pilihan yang hakiki penting, setiap orang diharapkan menjadi tahu dan bila pada akhirnya memilihnya sebagai jalan hidup, orang tidak salah dalam melangkah pada pilihan yang sangat menentukan dalam hidup ini.
Sedangkan fungsi dari sebuah perkawinan adalah mempersatukan kedua insan menjadi sebuah keluarga yang seutuhnya, yang, harmonis bahagia didunia dan diakhirat. Karena pada umumnya manusia akan menjalani kehidupan berumah tangga pada suatu saat nanti



0 komentar:

Posting Komentar