1

Unen-unen jowo.(umpatan basa jawa)



1. Yes mother dont do
that: Yo mbok ojo
ngono..

2. Your head: enDas mu..

3. Your eyes: Matamu...

4. Your bald head:
GUNDUL MU !!

5. Your knees falling
down: Dengkulmu
anjlog !!

6. Your bellybutton on
fire: Udhelmu
kobong !!

7. Your auntie's money:
duwite mbokdemu
tah ?

8. Your grandfather
money: Duwite
mBahmu !!

9. Your auntie teach you
about that ?
mbokdemu sing ngajari
yoo??

10.Your mother
goalkeeper: makmu
kiper ...

11. Like that yes like that
but don't be like
that : ngono yo ngono
ning ojo ngono

12. My body is not
delicious today = awakku
lagi gak enak.

13. Your face far away :
raimu adoh

14. Your lips: lambemu

15 . Your bellybutton turn
up : udelmu bodong

16. Your head smell gum
benzoin : nDhasmu
mambu menyan

17. Cricket !!! : jangkrik

18. Your head was blown =
ndasmu njeblug

19. Your eyes blind =
matamu picak

20. Wanna eat your head :
Tak kletak ndasmu !

21. It's So Amazing =
BUSSEETTT!!!

22. Your talk so much = CANGKEMAN

22 your face Smell like a fish = RAIMU AMIS.

23. your brain blow up = UTEKMU NJEBLUG!!

Kata2 Umpatan dari daerahmu apa?

#ane cuma tanya??
#just guyon.

https://www.facebook.com/GerankKomunity/posts/374913412590413
0

7 SENJATA PUSAKA INDONESIA YANG MELEGENDA / MACAM MACAM PUSAKA


1. Keris Mpu gandring

Keris pusaka legendaris yang terkenal dalam riwayat pendirian kerajaan Singhasari. Pedang ini ditempa oleh Mpu Gandring, seorang pandai besi yang sangat sakti atas pesanan Ken Arok. Ken Arok meminta agar keris tersebut selesai dalam 1 malam saja. Karena kesaktiaannya, keris berhasil diselesaikan dalam satu malam. Tapi ketika Mpu Gandring tengah membuat sarung keris, Ken Arok tiba-tiba datang karena menurut dia waktunya telah 1 hari. Mpu Gandring ditusuk Ken Arok karena dianggap tidak menepati janji untuk menyelesaikan keris dalam waktu 1 malam. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari dengan korban Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Anusapati, Tohjaya.



2. Keris kyai condong campur
Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor.
Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur.
Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang,
satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah,
sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.
Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari
berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak
yang jahat.

3. Keris kyai setan kober
Keris ini sama legendarisnya dengan Keris Mpu Gandring. Berapa luk masih belum diketahui,
tapi kalo menurut kula keris ini lurus tanpa luk, ciri khas keris yg dipakai dalam perang.
Pembuatnya tidak diketahui secara pasti karena tercampur dg tahayul yg tidak jelas.
Pemegang keris ini adalah Adipati dari Kadipaten Jipang Panolang yang juga sangat legendaris, Arya
Penangsang.
Keris ini konon, bila dicabut dari warangkanya akan menimbulkan sugesti yang hebat bagi orang2 disekitarnya.
Sugesti yg berbentuk angin ribut seperti setan2 yg berkejaran.
Arya Penangsang sendiri dikenal memiliki ilmu kebal.
Musuh sepadan keris ini adalah tombak kyai Plered yg juga melegenda.
Sewaktu konflik melawan Penangsang, Adipati Hadiwijaya (joko tingkir) mengutus Danang Sutowijoyo
untuk menantang Penangsang di bukit Menoreh dan membekalinya dg tombak keramat tsb.
Hadiwijaya juga dikenal ahli strategi. Beliau tahu kalau Penangsang mempunyai kuda jantan jenius
bernama Gagak Rimang. Kuda ini seperti memiliki koneksi batin dg Penangsang.
Kemanapun pengendara berpikir, kesana juga Gagak Rimang. Tanpa harus dikendalikan dengan tali kekang.
Untuk mengatasi masalah ini, Hadiwijaya menyuruh Danang menantang Penangsang disaat musim
kimpoi kuda dan menyuruh Danang memakai kuda betina. Strategi lainnya, Danang disuruh datang terlebih dahulu
dan mengambil posisi diatas bukit.
Pada hari H, Danang yg berada dilereng bagian atas terlebih dahulu. Ketika Penangsang datang,
kudanya yang secara alami berada dipuncak birahi melihat kuda betina tunggangan Danang.
Hal ini membuat sang kuda tak terkendali sehingga dg mudah Danang menusukkan tombak kyai Plered ke perut Arya
Penangsang. Tombak bertuah ini berhasil merobek badan kebal Penangsang mengakibatkan ususnya terburai.
Walaupun mengalami critical injured seperti ini, Arya Penangsang kembali tegak berdiri dan menguntaikan
ususnya sendiri ke gagang keris dan berlari mendekati Danang. Ketika dekat, Aryo Penangsang
draw his blade. Sayang, Aryo Penangsang lupa kalau ada ususnya sendiri disitu, ketika keris tercabut justru memutus usus tsb.
Dan berakhirlah riwayat adipati gagah ini dg cara yg luar biasa.
Hadiwijaya yg melihat semua ini menjadi kagum, dan menyuruh Danang bila menikah nanti meniru sikap gagah Aryo Penangsang.
Danang Sutowijoyo melakukan wejangan tersebut dan untaian usus di gagang keris diganti dengan
untaian kembang melati. Tradisi yg dipertahankan hingga sekarang.
4. Keris kyai sengkelat

Kyai Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri.
Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat Kyai Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.
Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi itu dijadikan pedang yang lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.
Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke Majapahit. Dalam menjalankan tugasnya, sang Mpu menyamar sebagai seorang pandai besi yang membuat berbagai alat pertanian dan mengganti namanya menjadi Ki Nambang.
Di samping pandai membuat alat pertanian, beliau juga membuat tombak, pedang dan keris yang kemudian dipamerkan di tempat-tempat keramaian, di Blambangan. Seketika pameran tersebut memancing perhatian banyak orang. Banyak sekali pesanan datang dari para pejabat kadipaten Blambangan. Termasuk patih Adipati Blambangan yang memesan Keris Carangsoka.
Akhirnya sang adipati Blambangan menyaksikan keris ciptaan Ki Nambang, sebilah keris Carangsoka yang sangat bagus dan ampuh. Ketika ditusukkan ke pohon pisang, seketika itu seluruh daun pisang menjadi layu. Karenanya sang mpu di undang untuk menghadap ke kadipaten guna membicarakan suatu hal yang rahasia dengan alasan agar percikan bunga api besi bahan kerisnya, tidak menjadi bencana bagi rakyat Blambangan.
Ternyata setelah Ki Nambang datang menghadap, didapatnya tugas untuk membuat “putran” atau tiruan Kangjeng Kyai Puworo (Keris Sengkelat). Ki Nambang dengan siasatnya meminta disediakan perahu untuk membuat tiruan Kyai Sengkelat dengan alasan percikan bunga api besi bahan kerisnya tidak menimbulkan bencana bagi rakyat Blambangan.
Singkat cerita, akhirnya rencana mendapatkan kembali keris pusaka Majapahit itu berhasil tanpa harus menimbulkan kecurigaan dan pertumpahan darah. Malah Ki Nambang akhirnya dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati Blambangan itu sendiri. Serta mendapatkan gelar kebangsawanan sebagai Kangjeng Pangeran berikut tanah perdikan di Desa Pitrang. Maka namanya pun berubah menjadi Kangjeng Pangeran Pitrang yang bekerja sebagai mpu kadipaten Blambangan.
Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan besi bahan membuat keris.
Lima belas tahun kemudian setelah Mpu Pitrang meninggalkan Blambangan, datang lah seorang pemuda yang mengaku sebagai anak mpu Supa. Ketika ditanya, ia mengaku bernama Joko Suro. Mpu meminta bukti berupa besi bahan membuat keris. Namun ketika diserahkan oleh Joko Suro, besi bahan itu telah menjadi sebilah keris. Ternyata selama dalam perjalanan mencari ayahandanya, besi itu oleh Joko Suro dipijit-pijit dan ditarik olehnya hingga menjadi sebilah keris kecil. Maka keris itu pun dinamakan Keris Kyai Bethok yang mempunyai keampuhan menyingkirkan niat jahat.

5. Keris kyai carubuk
Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat keris. Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Sunan Kalijaga memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Pencipta Kehidupan, yang bebas mencipta apapun. Lantaran itu, empu Supa berlutut dan takut. Ringkas cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa (baca Nusantara) asli Majapahit, luk tujuhbelas. Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh, oleh karena itu mengamatinya sempai puas tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil tertawa dan memuji keindahan keris itu.Lalu Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang hatinya. keris itu disebut Kyai Carubuk. keris kyai carubuk ini akhirnya menjadi pusaka sultan hadiwijaya, bahkan sanggup mengalahkan keris setan kober milik arya penangsang ketika pesuruh arya penangsang melakukan percobaan pembunuhan pada sultan hadiwijaya dengan memakai keris setan kober

6. Tombak kyai plered
tombak sepanjang 3.5 meter ini merupakan senjata pusaka milik Kraton Ngayugyakarta Hadiningrat (Yogyakarta) dijamasi setiap setahun sekali saat bulan Syura. senjata ini merupakan pegangan Raja Mataram Pertama yang bernama Panembahan Senapati (Nama Asli: Danang Sutawijaya) dan digunakan untuk mengalahkan Bupati Jipang Arya Penangsang dalam perang tanding di pinggir Bengawan Solo.

7. Tombak baru klinting
menurut legenda merupakan titisan dari Naga Baru Klinting yang dihukum ayahnya (Ki Ageng MAngir Wanabaya) karena gagal melingkari gunung merapi.
aslinya senjata berujud tombak ini sebelumnya adalah pusaka milik Ki Ageng Mangir Wanabaya yang memberontak kepada panembahan Senopati. karena keampuhan senjata ini, panembahan Senapati terpaksa mengutus Putrinya Nyi Ageng Pembayun untuk mengelabuhi Ki Ageng Mangir. saat ini tombak ini tersimpan di Kraton Ngayugyakarta Hadiningrat (Yogyakarta) sebagai senjata pusaka pendamping tombK Kanjeng Kyai Plered

http://warnanusantara.blogspot.com/2012/04/7-senjata-pusaka-indonesia-yang.html
2

Benda Pusaka Keramat



Nogo Bromo

Nogo Bromo
Nogo Bromo
Benda gaib yang merupakan hasil dari ritual di alam mistik gaib memiliki khasiat yang sangat ampuh dalam memperoleh kesuksesan dan kewibawaan, selain itu juga sangat membantu aura tubuh untuk meningkatkan kharisma.
Pencarian Terpopuler: bendah keramat, cara mendapatkan uang banyak dengan ritual, barang gaib pusaka majapahit, MACAM2 BENDA2 PUSAKA/mustika, macam keris pusaka.
Jenis-Jenis Keris dan manfaatnya

Keris adalah salah satu warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Keris dijadikan senjata khas di berbagai daerah di Indonesia. Apa saja jenis keris yang ada di tanah air? Berikut ini paparan jenis keris yang ada di Indonesia.

    Jenis Semenanjung atau disebut juga jenis utara. Jenis ini merupakan jenis keris yang ditemukan di tanah Melayu, sebagai peninggalan dari kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Bentuk keris ini dinamakan keris Ulu Demam, mengacu pada bentuknya yang mirip orang berpelukan karena demam. Ukiran keris ini didominasi ukiran bentuk persegi empat, khas ukuran jenis keris semenanjung.
    Jenis kedua adalah keris jenis Pekakak. Keris ini dinamakan Pekakak karena ulunya terbuat dari tanduk atau kayu yang kemudian dibentuk seperti burung Pekakak. Salah satu ciri khas dari jenis ini adalah mata keris yang lebih panjang dari mata keris pada umumnya. Keris Pekakak bisa memiliki 31 luk di mata kerisnya.
    Keris berikutnya adalah keris Sumatra. Keris jenis ini memiliki bentuk khas pada mata, ulu dan sarungnya. Keris model ini memiliki mata berbentuk tirus dan memanjang yang kemudian di sebut keris Panjang. Ada sebagian keris di Sumatra yang bermata pendek dan kemudian dikenal dengan sebutan keris Pendek atau Pandak.Ulu keris ini berbentuk bengkok dengan ornament bunga-bungaan sebagai hiasan.
    Keris jenis berikutnya adalah jenis keris Jawa. Jenis ini terlihat dari ciri khas pada ulunya yang berbentuk melengkung seperti pistol. Biasanya, keris model ini digunakan sebagai keris pusaka di jaman kerajaan-kerajaan di Jawa dahulu. Keris-keris pusaka Jawa yang terkenal adalah keris di jaman Kerajaan Singasari buatan Mpu Gandring. Pada keris Jawa, terutama keris pusaka, dipasang cincin pada bagian ulunya yang disebut dengan pendongkok.
    Setelah keris-keris di atas termasuk keris Jawa, masih ada beragam macam keris yang lain seperti keris Madura dan Bali. Berbeda dengan keris Jawa, keris Madura dan Bali mudah dikenali dari bentuk ulu yang terbuat dari gading.
    Masih ada beragam jenis lagi yang bisa kita ketahui seperti keris Bugis dengan ciri khas ulu dan sampir dari kayu atau gading, keris Sundang atau Sulok dan beberapa jenis lainnya.

Manfaat utama dari keris-keris tersebut adalah sebagai senjata. Selain sebagai senjata, keris tersebut juga digunakan untuk simbol daerah dan simbol kekuasaan pada masa itu. Pada masa kini, sebagian penerus adat masih menggunakan keris-keris tersebut sebagai sarana meneruskan adat pada keturunan mereka, terutama dalam ritual-ritual adat yang harus dilakukan.
Pesugihan Masihkah ada di Jaman Sekarang?


Di zaman semodern ini uang merupakan hal yang sangat dicari-cari oleh semua orang. Banyak orang yang membanting tulang pagi sampai sore untuk mendapatkan uang, demi memenuhi kebutuhan keluarga dan kehidupan sehari-hari. Tetapi uang juga bisa membutakan hati seseorang, sehingga membuat orang mengupayakan berbagai hal untuk mendapatkannya, tidak memikirkan apakah dengan cara halal atau haram.
Salah satu cara sukses untuk cepat kaya adalah dengan cara pesugihan. Orang yang sudah kehilangan cara untuk mendapatkan uang biasanya menggunakan cara pesugihan ini. Oleh karena itu tidak heran kalau banyak yang menawarkan jasa pesugihan. Jasa pesugihan ini biasanya banyak menawarkan bagaimana solusi untuk memperoleh uang banyak dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu jasa pesugihan adalah Mustika Alam Pesugihan Putih.
Mustika Alam Pesugihan Putih ini adalah suatu jasa yang membantu seseorang dalam memperoleh uang secara mudah dan cepat agar cepat kaya. Pesugihan ini diisi dengan kekuatan rahasia hikmat alam yang memberikan cara tidak terduga dalam menyelesaikan masalah keuangan secara cepat. Jasa pesugihan ini bisa digunakan oleh semua kalangan dan semua golongan agama. Baik yang percaya atau tidak cara sukses yang relatif cepat ini dilakukan tanpa ada pantangan maupun ritual sama sekali.
Bagi yang percaya dan sudah memakainya mustika itu bila disimpan didalam dompet atau saku bisa menghasilkan sesuatu yang aneh bin ajaib. Mustika ini bisa dibawa ketika wawancara atau melakukan negosiasi bisnis. Apabila kita sedang wawancara atau melamar pekerjan pasti kita akan diterima, karena orang yang melihat Anda akan terpesona dengan penampilan kita. Selain itu ketika kita membeli suatu barang kita akan mendapatkan barang yang bagus dan mewah dengan harga yang sangat murah. Itulah beberapa keunggulan dari mustika ini.
Selain itu juga ada sebagian orang yang ingin cepat kaya menggunakan makhluk halus sebagai perantaranya, misalnya saja tuyul. Cara ini masih banyak digunakan oleh orang yang ingin cepat kaya tanpa bekerja seperti halnya orang biasa. Bagi yang percaya bisa mencobanya. Bagi yang tidak percaya tetaplah yakin pada apa yang Anda yakini.
Awas Penipuan Jasa Pesugihan di Internet


Ingin menjadi kaya adalah suatu hal yang lumrah. Siapa yang ingin menjadi miskin? Tentu pertanyaan retoris ini sangat tidak memerlukan jawaban. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara Anda menjadi kaya? Banyak orang memilih jalan pintas sebagai jalan terbaik untuk menjadi kaya.
Salah satu jalan yang dianggap “mujarab” untuk menjadi kaya adalah dengan pesugihan. Mungkin, Anda adalah salah satu peminatnya. Jika benar, waspadalah terhadap jasa pesugihan yang marak beredar di dunia maya. Banyak blog-blog yang memberikan penawaran jasa pesugihan menarik dengan syarat mudah dan mahar yang ringan. Mungkinkah Anda bisa menjadi kaya dengan jasa pesugihan yang mudah dan murah?
Mungkinkan Anda bisa mendapatkan cara kaya yang mudah dan murah di jaman yang semakin materialistik ini? Anda harus waspada betapa mudahnya orang menggunakan internet sebagai sarana penipuan. Mahar yang ditawarkan untuk pesugihan via internet tersebut memang murah, akan tetapi benarkah ini cara kaya yang tepat untuk Anda? Sayang sekali, sudah banyak testimonial negatif yang ada tentang pesugihan online tersebut.
Banyak orang yang sudah mentransfer sejumlah dana untuk mahar dan kemudian melakukan segenap syarat yang diminta. Menjadi kayakah mereka? Sayang sekali, ternyata pesugihan di internet yang mereka jalani bukanlah cara kaya yang tepat untuk mereka.
Salah satu bahaya yang sebenarnya mengintai para peminat pesugihan adalah bagaimana mereka menjadi “kecanduan” untuk menjadi cepat kaya dengan jalan pintas. Kegagalan menjadi cepat kaya yang sering terjadi bukan menjadi sebuah peringatan untuk menyadarkan mereka akan bahaya pesugihan, akan tetapi justru makin membuat mereka penasaran.
Mereka sudah tidak lagi peduli berapa jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk menjadi cepat kaya. Sebagian dari mereka seolah tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban penipuan di internet. Jika Anda ingin mendapatkan cara cepat kaya yang “baik dan benar”, masih perlukah Anda percaya pada jasa mendapatkan pesugihan di internet? tentu itu menjadi bahan pertanyaan yang sangat perlu direnungkan sebelum Anda terperosok lebih jauh lagi.
Pencarian Terpopuler: apakah ki rogo sukmo penipu ?, KI Rogo sukmo, apakah KI ROGO SUKMO PENIPU, 085 220 461 555, cara jadi kaya cepat pesugihan.
Memperoleh Pertolongan dari Benda-Benda Keramat


Apakah anda atau keluarga anda mempunyai benda-benda berkeramat? Biasanya benda-benda tersebut dipercaya mempunyai kekuatan yang bisa dipakai sebagai perlindungan, pemberi kemujuran rezeki, memperindah aura pemiliknya dan lain sebagainya.
Banyak sekali benda-benda keramat di Indonesia. Benda-benda pusaka tersebut mempunyai beberapa bentuk, seperti batu, benda pusaka, tempat bertua dan lain sebagainya. Benda seram tersebut biasa dimiliki atau didatangi oleh seseorang, perseorangan atau kelompok atas kepentingan mereka. Mereka dipercaya memiliki kemampuan yang lebih karena tersimpan sesuatu yang ghaib di dalamnya.
Namun, tidak sembarangan orang bisa memiliki benda atau pergi ke tempat keramat tersebut. Mereka harus melewati beberapa tahapan yang menjadi syarat wajib untuk membuka tabir antara dunia manusia dan dunia ghaib. Biasanya mereka diharuskan untuk berpuasa, tidakmelakukan kebatilan atau membacakan beberapa ayat-ayat suci Al-Quran dan do’a-do’a dengan jumlah yang telah ditentukan.
Dalam kehidupan kita sudah barang pasti mengenal yang namanya keris, batu akik, tempat bertua, bahkan jenglot. Kita tahu bahwa jenglot adalah salah satu jenis makhluk ghaib yang memiliki ukuran tubuh sangat kecil seukuran telapak tangan manusia. Jenglot memiliki taring dan rambut yang panjang. Makanan jenglot adalah darah dan setiap malam-malam tertentu dia akan dimandikan dengan ritual lengkap. Keris juga dipercaya mempunyai kekuatan mistis didalamnya.
Keris seperti ini biasanya juga akan dipergunakan pemiliknya untuk beberapa keperluan, seperti penjaga pemiliknya dari gangguan orang, pesugihan, menampakkan wibawa pemiliknya dan sebagainya. Kedua contoh benda tersebut adalah segelintir benda-benda keramat atau jimat yang dipercaya mampu memberikan suatu kekuatan, perlindungan dan lain-lain bagi pemiliknya. Anda mempercayainya? Allahua’lam bissawaf…

http://asliseram.blogspot.com/p/benda-pusaka-keramat.html
0

Bunyi Bahasa



Getaran udara yang ditimbulkan oleh benturan benda akan menghasilkan suara, misalnya, gamelan akan mengeluarkan bunyi jika dipukul. Selain dihasilkan oleh alat-alat gamelan, suara dapat pula dihasilkan oleh alat ucap manusia, seperti pita suara, lidah, dan bibir.

Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti itulah yang disebut bunyi bahasa dan hanya itu yang dipelajari fonologi. Ada dua cabang ilmu linguistic yang mengkaji bunyi bahasa, yaitu fonetik dan fonologi.



ØFonetik

Fonetik mempelajari bagaimana bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia dan bagaimana kualitas bunyi yang dihasilkannya. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia itu disebut fon.

Dengan demikian, fonetik hanya mengkaji dan menganalisis bunyi bahasa berkenaan dengan artikulasi, transmisi, dan persepsi suatu bunyi.

Fonetik dibedakan menjadi tiga, yaitu : fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik artikulatoris.

                   

·        Fonetik Akustik

Fonetik akustik menyelidiki bunyi yang berhubungan dengan ilmu-ilmu fisikal sifat-sifat bunyi. Contoh : frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya oleh alat pembantu seperti osilograf.



·        Fonetik Auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana manusia mendengarkan dan memersepsi bunyi bahasa. Contoh : bunyi ketukan.



·        Fonetik Artikulatoris

Fonetik artikulatoris mengamati alat ucap serta cara kerjanya dalam menghasilkan bunyi sehingga yang dipelajari fonetik ini adalah alat organik yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa. Contoh : eb, eh.



ØFonologi

Fonologi mengkaji dan menganalisis pemanfaatan bunyi bahasa dan sistem bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Dengan kata lain, fonologi mempelajari bunyi bahasa berdasarkan fungsinya, yaitu, fungsinya sebagai pembeda antara bunyi yang satu dan bunyi yang lain dalam satu bahasa. Satuan bunyi yang dibicarakan dalam fonologi adalah alofon dan fonem.



·        Fonem dan Alofon

Fonem adalah bunyi bahasa yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, sedangkan alofon adalah bunyi bahasa yang tidak mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.



v VOKAL DAN KONSONAN BAHASA JAWA    

Vokal merupakan bunyi bersuara yang dihasilkan oleh udara yang dikeluarkan dari paru-paru melalui mulut tanpa dihambat oleh alat wicara. Dengan kata lain, bunyi udara yang keluar dari paru-paru melalui kerongkongan dan mulut tanpa mengalami hambatan apapun, baik hambatan lidah, gigi, maupun bibir akan menghasilkan vokal. Sementara itu, jika bunyi udara keluar dari paru-paru melalui kerongkongan dan mulut mengalami hambatan, baik hambatan lidah, gigi, gusi, maupun bibir, bunyi yang dihasilkan berupa konsonan. Semua bunyi, di luar vokal adalah konsonan.



ØFonem Vokal

Fonem vokal adalah bunyi bahasa yang dapat membedakan makna yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia tanpa hambatan saat mengucapkannya. Vokal bahasa jawa hanya terdiri atas tujuh vokal, yaitu /i/, /e/, /a/, /ə/, /u/, /o/, dan / /.



1.     Vokal /i/

Vokal /i/ bahasa jawa mempunyai dua alofon, yaitu [i] dan [I]. Yang membedakan kedua bunyi itu hanya terletak pada kuat atau lemahnya tekanan. Bunyi [i] merupakan vokal tertutup tinggi-kuat depan-tak bundar, sedangkan bunyi [I] merupakan vokal tertutup tinggi-lemah depan-tak bundar.



2.     Vokal /e/

Vokal /e/ bahasa jawa mempunyai dua alofon, yaitu [e] dan [ε]. Yang membedakan kedua bunyi itu hanya terletak pada kuat atau lemahnya tekanan. Bunyi [e] merupakan vokal agak tertutup sedang-kuat depan-tak bundar, sedangkan bunyi [ε] merupakan vokal agak tertutup sedang-lemah depan-tak bundar.



3.     Vokal /ə/

Vokal /ə/ dalam bahasa jawa bukan merupakan alofon fonem /e/ melainkan merupakan fonem tersendiri karena kedua bunyi itu dalam bahasa jawa dapat membedakan makna.



4.     Vokal /a/

Dalam khazanah linguistik jawa vokal /a/ lazim disebut a swara miring ‘bunyi a miring’.



5.     Vokal / /

Vokal / / dalam bahasa jawa bukan merupakan alofon vokal /o/ melainkan merupakan vokal tersendiri karena kedua bunyi tersebut mampu membedakan makna.



6.     Vokal /o/

Vokal /o/ dalam tata bahasa jawa lazim disebut o swara jejeg ‘bunyi o tegak’.



7.     Vokal /u/

Vokal /u/ bahasa jawa mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan [ ]. Yang membedakan kedua bunyi itu hanya terletak pada kuat atau lemahnya tekanan. Bunyi [u] merupakan vokal tertutup belakang-bundar tinggi-kuat, sedangkan bunyi [ ] merupakan vokal tertutup belakang-bundar tinggi-lemah.

Paparan di atas memperlihatkan secara jelas bahwa fonem vokal bahasa jawa ada yang terdiri atas dua alofon dan ada pula yang hanya terdiri atas satu alofon.



ØFonem Konsonan

Konsonan merupakan bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga mulut atau rongga hidung. Yang terpenting dalam konsonan adalah daerah artikulasi dan cara artikulasi. Daerah artikulasi meliputi velar, alveolar, bilabial, dental, dan labiodental, sedangkan artikulasi meliputi hambat, frikatif, nasal, getar, lateral, dan semivokal.

Berdasarkan daerah artikulasinya bunyi dibedakan menjadi bunyi bilabial, dental/alveolar, retrofleks, palatal, velar, dan glottal.

Berdasarkan cara artikulasinya, bunyi bahasa dibedakan menjadi bunyi hambat, frikatif, nasal, getar, dan lateral.

Konsonan hambat bersuara meliputi /b/, /d/, / /, /j/, dan /g/, sedangkan hambat tak bersuara meliputi /p/, /t/, / /, /c/, dan /k/.

Sementara itu, jika udara keluar melalui celah sempit pada mulut sehingga terjadi geseran pada alat ucap, bunyi yang dihasilkan berupa konsonan frikatif. Konsonan frikatif bersuara meliputi /v/ dan /z/, sedangkan konsonan frikatif tak bersuara meliputi /f/, /s/, /∫/, dan /x/. jika udara keluar melalui rongga hidung, bunyi yang dihasilkan berupa konsonan nasal, yaitu /m/, /n/, / /, dan /∫/. Jika udara keluar melalui kedua sisi lidah, bunyi yang dihasilkan berupa konsonan lateral, yaitu /l/.



1.     Bunyi Bilabial

Bilabial adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh kedua bibir. Yang termasuk bunyi bilabial yaitu [b], [p], [m], dan [w].

Fonem /b/ dalam bahasa jawa mempunyai alofon [b] dan [b ], sedangkan fonem /p/ mempunyai alofon [p] dan [p ].

Meskipun fonem /b/ dilafalkan dengan [b] dan [b ] serta fonem /p/ dilafalkan dengan [p] dan [p ], kedua bunyi tersebut tidak membedakan makna sehingga bunyi itu tidak termasuk bunyi yang distingtif, tetapi hanya merupakan varian atau alofon.



2.     Bunyi Dental/Alveolar

Dental atau alveolar adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh daun lidah yang menempel gigi/gusi depan atas bagian dalam.

Dalam khazanah linguistic Jawa, bunyi dental atau alveolar ini sering disebut swara untu ‘bunyi gigi’.



3.     Bunyi Retrofleks

Bunyi retrofleks adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan ujung lidah bagian bawah yang menempel atau menyentuh langit-langit keras karena hembusan udara dari paru-paru.



4.     Bunyi Palatal

Bunyi palatal adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan daun lidah yang menempel pada langit-langit keras yang disertai hembusan udara dari paru-paru. Dalam khazanah linguistik jawa, bunyi palatal lazim disebut swara cethak.



5.     Bunyi Velar

Bunyi velar adalah bunyi yang dihasilkan oleh rongga tenggorokan. Dalam linguistik Jawa bunyi velar disebut swara gorokan.



6.     Bunyi Glotal

Bunyi [?] merupakan bunyi hambat glotal tak bersuara, sedangkan bunyi [h] merupakan bunyi frikatif glotal bersuara.

Meskipun daerah artikulasi tenggorokan menghasilkan dua buah bunyi, yaitu [?] dan [h], yang terkenal sebagai bunyi tenggorokan hanyalah bunyi [?], sedangkan bunyi [h] disebut bunyi laringal.

Paparan di atas memperlihatkan secara jelas bahwa fonem konsonan bahasa Jawa mempunyai alofon yang didasarkan pada system lafal bahasa Jawa.



ØKonsonan Homorgan

Konsonan homorgan adalah konsonan yang berasal dari satu daerah artikulasi. Jika ada konsonan yang tempat artikulasinya ditempatnya sama disebut homorgan, karena proses artikulasinya sama.

Homorgan ada 2 :

a)      Penuh : Tempatnya sama, caranya juga sama. Contoh : semua hambat letup.

b)      Sebagian (Nasal)

                            Fungsi konsonan homorgan adalah untuk menentukan letak suatu fonem.



ØFonem Khas Bahasa Jawa

Bahasa jawa mempunyai fonem khas berupa (1) bunyi aspirat dan (2) pranasal.



·        Bunyi Aspirat

Semua bunyi hambat bersuara dan tak bersuara dalam bahasa jawa cenderung diikuti bunyi aspirat, yaitu bunyi frikatif glotal tak bersuara.

Dalam bahasa itu bunyi hambat bersuara dan tak bersuara yang beraspirat dan yang tak beraspirat tidak membedakan makna. Dalam bahasa itu bunyi beraspirat dan tak beraspirat membedakan makna.



·        Bunyi Pranasal

Pranasal itu merupakan bunyi nasal yang selalu mendahului suatu kata ketika kata tersebut diucapkan.



ØDiftong dan Monoftong

Diftong merupakan 2 vokal yang berjejer terletak 1 deret dan terletak 1 suku kata. Sedangkan monoftong adalah bahasa jawa standar yang tidak memiliki diftong seperti bahasa Indonesia sebab vokal dalam bahasa jawa cenderung berupa vokal tunggal.



ØGugus Konsonan (Klaster)

Klaster adalah dua konsonan yang berbeda berderet dan membentuk satu kesatuan.



ØUrutan Fonem

Urutan fonem dalam suku kata bahasa jawa atau kaidah fonotaktik bahasa jawa ialah V, VK, KV, KVK, KKV, dan KKVK.





vEJAAN BAHASA JAWA

Ejaan bahasa Jawa dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan bahasa Jawa yang menggunakan aksara Jawa dan ejaan bahasa Jawa yang menggunakan aksara Latin.

Untuk penulisan nama geografis yang mengandung bunyi dental/alveolar dan retrofleks, baik yang berupa hambat bersuara maupun hambat tak bersuara, misalnya, ejaan bahasa Jawa yang disempurnakan menganjurkan penulisannya agar mengikuti kaidah ejaan bahasa Indonesia. Padahal, fonem-fonem itulah yang menjadi ciri khas.

Fonem /t/ dan /th/ serta /d/ dan /dh/ memang telah dibedakan dalam ejaan tersebut, tetapi fonem /a/ dan / / serta / / dan /o/ tidak dibedakan.



ØPenulisan Vokal Bahasa Jawa

Jika terdapat bunyi [I] pada suatu kata dan kata itu mendapat imbuhan –e (-ne), serta bunyi [I] dalam kata tersebut berubah menjadi bunyi [i], bunyi [I] pada kata tersebut harus ditulis dengan menggunakan aksara i.

Bunyi [I] pada kata cacing, maling, pitik, cilik, wajik, dan arit ditulis dengan menggunakan aksara I sebab bunyi [I] dalam kata tersebut akan berubah menjadi [i] setelah kata-kata tersebut mendapat imbuhan –e (-ne).



·        Penulisan Bunyi [ ]

Dalam bahasa Jawa bunyi [ ] atau bunyi a jejeg atau a nglegena seharusnya ditulis dengan aksara a bukan dengan aksara o sebab bunyi aksara Jawa itu adalah ha, na, ca, ra, ka, dst.

Selain itu, bunyi [ ] dan [ ] dalam bahasa Jawa merupakan dua bunyi yang berbeda yang mampu membedakan bentuk dan makna suatu kata. Penulisan bunyi [ ] menggunakan aksara a atau o dapat dilihat pada keselarasan bunyi karena harmoni vokal.

Jika terdapat bunyi [ ] pada suatu kata dan kata itu mendapat imbuhan –e (-ne) serta bunyi [ ] dalam kata tersebut berubah menjadi bunyi [a] atau menjadi bunyi a miring, bunyi [ ] pada kata tersebut harus ditulis dengan menggunakan aksara a.



·        Penulisan Bunyi [ ]

Jika dalam suatu kata terdapat bunyi [ ], bunyi ini mirip dengan bunyi [o], terletak pada suku kata akhir dan mendapat imbuhan –e (-ne), bunyi [ ] tersebut akan berubah menjadi bunyi [u], bunyi [ ] pada kata tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf u.

Bunyi [ ] pada kata jagung, wedhus, siwur, duduh, parut, dan welut ditulis dengan menggunakan huruf u karena bunyi [ ] pada kata tersebut akan berubah menjadi bunyi [ ] setelah kata-kata tersebut mendapat akhiran –e (-ne)

http://jiwajawajawi.wordpress.com/2013/12/10/fonologi-bahasa-jawa/
0

Morfologi

Proses Morfologis Bahasa Jawa

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat lima proses, yaitu:

1.      Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Dengan kata lain, afiks adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995: 145). Adapun afiks dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Prefiks (ater-ater), adalah afiks yang diimbuhkan di depan bentuk dasar.Contoh:

    a- + rupa = arupa ‘berupa’
    a- + kembang = akembang ‘berbunga’
    a- + sat = asat ‘sumur atau sumber mata air yang kering’
    ma- + gawe = magawe ‘bekerja’
    di- + pacul = dipacul ‘dibawa’
    kok- + gawa = kokgawa ‘kaupacul’

2. Infiks (seselan), adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh:

    -r- + gemet = gremet ‘merayap’
    -l- + sundup = slundup ‘masuk’
    -in- + gawa = ginawa ‘dibawa’
    -um- + kukus = kumukus ‘nama pohon’
    -um- + ayu = kumayu ‘merasa cantik’
    -um- + dugi = dumugi ‘sampai, tiba’

3. Sufiks (panambang), adalah afiks yang diimbuhkan di belakang bentuk dasar. Contoh:

    -i + tandur = tanduri ‘nanami’
    -e + sikil = sikile ‘kakinya’
    -ake + ngesok = ngesokake ‘menuangkan’
    -a + mangkat = mangkata ‘berangkatlah’
    -ana + jupuk = jupukana ‘ambililah’
    -an + pupur = pupuran ‘berbedak’

4. Konfiks, adalah afiks yang diimbuhkan di depan dan di belakang bentuk dasar. Contoh:

    Pa-/-an + suket = pasuketan ‘tempat rumput’
    Ka-/-an + pinter = kapinteran ‘kepandaian’
    Pi-/-an + takon = pitakonan ‘pertanyaan’
    Pra-/-an + tapa = pratapan ‘pertapaan’
    Ke-/-an + banjir = kebanjiran ‘kebanjiran’
    Sa-/-e + bubar = sabubare ‘setelah selesai’

2.      Reduplikasi (Kata Ulang)

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 1994: 182). Reduplikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a)  Reduplikasi parsial, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara sebagian. Dalam bahasa jawa tradisional, reduplikasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Reduplikasi suku pertama (dwipurwa),yaitu proses morfemis dengan mengulang bentuk dasar suku pertama.Contoh:

    R + lara = lelara ‘penyakit’
    R + tela = tetela ‘jelas’
    R + sotya = sesotya ‘permata’
    R + tuku = tetuku ‘membeli’
    R + resik = reresik ‘bersih-bersih’

2) Reduplikasi suku terakhir (dwiwasana),yaitu proses morfemis dengan mengulang bentuk dasar suku terakhir. Contoh:

    R + cekik = cekikik ‘mengikik’
    R + celuk = celuluk ‘berkata’
    R + jeges = jegeges ‘tertawa terus’
    R + dengek = dengengek ‘melihat agak ke atas’

b)  Reduplikasi penuh, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara penuh. Reduplikasi ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1)  Reduplikasi penuh tanpa variasi bunyi, contoh:

    R + bocah = bocah-bocah ‘anak-anak’
    R + dalan = dalan-dalan ‘jalan-jalan’
    R + mlaku = mlaku-mlaku ‘berjalan-jalan’
    R + omah = omah-omah ‘rumah-rumah’
    R + wong = wong-wong ‘orang-orang’

2)  Reduplikasi penuh dengan variasi bunyi, contoh:

    R + sapa = sopa-sapa ‘selalu berkata siapa’
    R + mati = mota-mati ‘selalu padam/mati’
    R + mlaku = mloka-mlaku ‘ selalu berjalan’
    R + mangan = mangan-mangen ‘ selalu makan’
    R + undang = undang-undeng ‘ selalu memanggil’

3.      Komposisi

Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru ( Chaer, 1994: 185). Komposisi dalam bahasa jawa dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Komposisi sempurna,yaitu komposisi atau persenyawaan yang unsur-unsurnya berupa kata, contoh:

    Wong tuwa ‘orang tua, ayah-ibu, guru’
    Semar mendem ‘makanan lemper terbungkus telor’
    Nagasari ‘makanan terbuat dari tepung beras di dalamnya berisi pisang’
    Gantung siwur ‘nama keturunan ke tujuh ke atas atau ke bawah’
    Balung kuwuk ‘ makanan dari singkong’

2. Komposisi tidak sempurna, yaitu komposisi atau persenyawaan yang salah satu atau semua unsurnya hanya merupakan sebagian dari kata, contoh:

    Idu + abang = dubang ‘ludah orang makan sirih’
    Balung + kulit = lunglit ‘ sangat kurus’
    Dhemen + anyar = dhemenyar ‘ suka hanya waktu masih baru’
    Bapak + cilik = paklik ‘paman adiknya bapak/ibu’
    Bapak + gedhe = pakdhe ‘paman kakaknya bapak/ibu’

4.       Modifikasi

Modifikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Modifikasi kosong/ konversi/ transposisi/ derivasi zero, yaitu proses morfologis dari sebuah morfem menjadi morfem lain tanpa mengubah unsur segmental. Contoh:

    Bapak tuku pacul ‘bapak membeli cangkul’

b) Modifikasi internal atau perubahan fonem adalah proses morfologis dengan mengubah atau menambah salah satu fonem. Contoh:

    Abang => abing ‘sangat merah’
    Abot => abut ‘sangat berat’
    Ijo => iju ‘sangat hijau’
    Akeh => akih ‘sangat banyak’
    Abang => abung / uabang ‘sanagat merah

5.      Pemendekan

Pemendekan kata adalah proses morfologis dengan cara menanggalkan atau memendekan bagian-bagian morfem atau menggabungkannya sehingga menjadi bentuk singkatan, tetapi maknanya sama dengan makna bentuk utuhnya. Pemendekan dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Singkatan, yaitu sebuah huruf atau sekumpulan huruf sebagai bentuk pendek dari sebuah atau beberapa kata. Contoh:

    UGM = Universitas Gajah Mada
    SD = Sekolah Dasar
    RA = Raden Ajeng
    SMA = Sekolah Menengah Atas
    SMP = Sekolah Menengah Pertama

2. Akronim, yaitu kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.                      Contoh:

    Puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
    Posyandu = pusat pelayanan terpadu
    Sinetron = sinema elektronik
    Kades = kepala desa
    Pelita = pembangunan lima tahun
    Petrus = penembakan misterius

3. Kontraksi, yaitu pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara menghilangkan huruf yang melambangkan fon di dalam kata             tersebut. Contoh:

    Ra ruh = ora weruh

4. Aferesis, yaitu gejala bahasa yang cenderung menanggalkan huruf awal atau suku awal kata. Contoh:

    Jeng = ajeng ‘akan’
    Teng = dhateng ‘ke’
    Neng =  ana ing ‘di’
    King = saking ‘dari’
    Ngge = kangge ‘ untuk’
    Nika = menika ‘itu

https://karlinasetiyanti.wordpress.com/morfologi-basa-jawa/proses-morfologis-bahasa-jawa/
0

Jenis Batik



Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik. Batik mempunyai  berbagai macam  jenis dan motifnya. Zaman dahulu, motif batik menandakan tingkat derajat pemakainya atau hanya untuk upacara-upacara tertentu saja. Namun kini, berbagai jenis motif batik bisa dipakai oleh siapa saja dan kapan saja. Apa saja jenis batik yang ada di Indonesia sekarang ini? Berikut beberapa contoh macam-macam Batik yang paling populer di kalangan masyarakat :

Batik Cuwiri

Batik Cuwiri merupakan motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.

Motif Batik Cuwiri

Batik Kraton

Batik Kraton merupakana cikal bakal  dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.

Motif Batik Kraton

Batik Sekar Jagad

Motif Sekar Jagad adalah salah satu motif batik khas Indonesia. Motif ini mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” yang diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.

Motif Batik Sekar Jagad

Batik Pringgondani

Pringgondani sendiri merupakan  nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.

pringgondani 300x179 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Pringgondani

Batik Kawung

Yang menjadi ciri khas dari  motif Kawung adalah berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.

Kawung Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Kawung

Batik Sida Luhur

Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.

Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Sida Luhur

Batik Sida Asih

Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.

Motif Batik Sido Asih 300x172 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Sido Asih

Batik Semen Rama

Penjelasan :  dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.

Semen Rama Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Semen Rama

Batik Sida Mukti

Sida Mukti meruapakan motif batik yang biasanya terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Sido Mukti Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Sido Mukti

Batik Tambal

Tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.

Tambal Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Tambal

Batik Petani

merupakan batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.

Petani Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Petani

Batik Sudagaran

Merupakan motif larangan dari kalangan keraton yang membuat seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.

Saudagaran 225x300 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Saudagaran

Truntum

Kain ini dipakai oleh orang tua pengantin dalam upacara pernikahan. Truntum berarti menuntun, diharapkan sipemakai/orang tua mempelai mampu memberikan petunjuk dan contoh kepada putra-putrinya untuk memasuki kehidupan baru berumah tangga yang penuh liku-liku.Begini bentuk Modern Batik dengan Motif Truntum

Truntum Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Truntum

Ciptoning

Diharapkan pemakainya menjadi orang yang bijak, mampu memberikan petunjuk tentang keluhuran budi dari jalan yang benar sesuai dengan Yang Maha Kuasa

Ciptoning Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Ciptoning

Sido Mulyo

Bermakna dharma, kemakmuran dan melindungi buminya. Begini bentuk Modern Batik dengan Motif Sido Mulyo.

Sido Mulyo Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Sido Mulyo

Sido Mulyo Semen

Sido berarti terus-menerus, sedangkan mulyo berarti kecukupan dan kemakmuran. Diharapkan yang memakai batik ini diberikan kecukupan dan kemakmuran

Sido Mulyo Semen Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Sido Mulyo Semen

Wahyu Temurun

Diharapkan pemakainya selalu mendapatkan petunjuk dalam menghadapi kehidupan oleh Yang Maha Kuasa.

Wahyu Temurun Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Wahyu Temurun

Udan Liris
Udan liris berarti hujan gerimis, merupakan simbol kesuburan. Begini bentuk Modern Batik dengan Motif Udan Liris.

Udan Liris Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Udan Liris

Nitik

Diharapkan pemakai kain motif ini menjadi orang yang bijaksana.

Nitik Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Nitik

Parang

Parang berarti senjata, menggambarkan kekuasaan. Bahkan Jessica Alba memakai batik dengan Motif Parang .

Parang Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Parang

Batik Gringsing

Kata Gringsing adri motif ini berasal dari kat Gring yang artinya sakit dan sing yang artinya tidak. Oleh karena itu, arti dari motif ini adalah menolah segala penyakit.

Gringsing Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Gringsing

Grompol

Grompol dalam bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Melambangkan harapan orang tua agar semua hal yang baik akan berkumpul, yaitu rejeki, kebahagiaan, kerukunan hidup, ketentraman untuk kedua keluarga pengantin. Selain itu, juga bermakna harapan supaya pasangan keluarga baru itu dapat berkumpul atau mengingat keluarga besarnya ke mana pun mereka pergi. Harapan yang lain agar semua sanak saudara dan para tamu akan berkumpul sehingga pesta pernikahan berjalan meriah.

batik Grompol 300x213 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik

Motif Batik Grompol

Abimanyu

Abimanyu merupakan putra Arjuna (Pandawa). Ia akan mempunyai keturunan (Parikesit) yg akan menurunkan ksatria yg menjadi raja-raja Jawa. Motif ini menyiratkan harapan agar pemakainya dapat memiliki sifat sifat ksatria seperti sang Abimanyu.


Motif Batik Abimanyu

Demikianlah macam macam motif Batik yang ada di bumi nusantara ini, saya kumpulkan dari berbagai sumber, dan cukup melelahkan mencarinya. Sebenernya masih ada beberapa motif lagi yang belum saya muat di sini. Mudah mudahan lain kali saya bisa memuat lebih banyak lagi motif batik sehingga bisa membantu anda untuk lebih mengenal corak dan ragam motif batik.
0

SEJARAH AKSARA JAWA



Aksara jawa yang kita kenal dan digunakan kebanyakan suku jawa terutama daerah Yogyakarta. Pada awalnya aksara jawa merupakan aksara sejenis abuginda keturunan aksara brahmi yang dulu kala digunakan dalam penulisan naskah bahasa jawa, bahasa makasar, bahasa sasak, serta bahasa sunda. Aksara jawa sekarang adalah aksara jawa modern sejak kesultanan mataram abad 17 tetapi bentuk cetak baru muncul pada abad 19. Aksara modern ini merupakan modifikasi antara aksara jawa kawi (abuginda) yang digunakan abad sebelumnya sekitar abad 8 sampai ke 16. ada dua macam aksara jawa kawi (kuno) dengan aksara jawa modern. awalnya aksara kawi digunakan abad pra-islam (sebelum datangnya agama islam di jawa) yang disebut aksara jawa hindu, periode ini aksara jawa mengikuti sistem sanskerta panini, dengan urutan ka-ga-nga seperti yang digunakan unicode aksara jawa sekarang. namun pada periode ini belum mengenal pemisahan aksara murda seperti sekarang.Selanjutnya periode aksara jawa islam. dalam periode ini merupakan perkembangan aksara jawa atau modern, dengan wujud adanya teks serta suluk wijil dan serat ajisaka, dengan kreatif menyusun karakter jawa sehingga mudah dihafalkan dan menarik selain itu juga mengandung mitos tentang Ajisaka, yang konon dulunya terjadi pertengkaran antara kedua abdinya ajisaka bernama Dora dan Sembada. keduanya saling bertengkar memperebutkan kebenaran berawal dari sebuah utusan Ajisaka. sedangkan Ajisaka meninggalkan pulau Majethi pergi ke Medhangkamulan. diceritakan Sembada menjaga amanat ajisaka berupa perhiasan serta pusaka yang ada di Majethi, Ajisaka dan Dora pergi ke Medhangkamulan. Dora diutus mengambil pusaka serta perhiasandi Majethi, namun oleh Sembada tidak boleh kalau bukan Ajisaka sendiri yang mengambil. Akhirnya terjadi pertengkaran keduanya hingga meninggal bersama karena sama kuatnya. berikut cuplikannya:

Ha Na Ca Ra Ka: ada utusan
Da Ta Sa Wa La : adanya pertikaian atau pertengkaran.
Pa Dha Ja Ya Nya : sama kuatnya
Ma Ga Ba Tha Nga : jadi bangkai atau sama-sama mati.
Sekarang aksara jawa yang ada adalah aksara jawa modern seperti yang digambarkan diatas. namun perlu diketahui bahwa penulisan aksara jawa mengandung filosofi serta aturan. menulis aksara jawa dianjurkan diawali dari bawah kemudian keatas sesuai karakter huruf jawa tersebut, sedangkan filosofinya adalah melambangkan penghormatan anak terhadap orang tua sesuai dengan perkembangan umur.
0

Watak Tokoh Pandhawa dalam Mahabarata

PANDHAWA

Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya (Yudistira, Bima, danArjuna) merupakan putera kandung Kunti, sedangkan yang lainnya (Nakula dan Sadewa) merupakan putera kandung Madri, namun ayah mereka sama, yaitu Pandu.

1. YUDHISTIRA

        Pandawa pertama memiliki istri dewi drupadidan memiliki anak raden pancawala. Yudhistira memiliki jimat jamus kalima sada dan ia memiliki darah berwarna putih. Menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani, sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara yang sangat angker.

       Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata(keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya.

2. BIMA

       Dikenal pula dengan nama; Balawa, Bratasena, Birawa, Nagata, Kowara, Sena, atau Wijasena. Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura. Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.

       Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada senjata gadanya bernama Rujapala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira.

3.ARJUNA

       Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara. Namanya (dalam bahasa Sansekerta) memiliki arti “yang bersinar”, “yang bercahaya”. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona.

       Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Bhatara Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu.Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra.

       Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakan Yudistira);Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada disurga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putera Pritha alias Kunti). Dalampertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira diangkat menjadi raja.

4. NAKULA

       Dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Nakula mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani.

       Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda.

5. SADEWA

       Dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima atau bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula.Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.

      Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswinjuga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Panduyang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh RajaWirata, ia berperan sebagai pengembala sapi.
0

Laire Gatot Kaca

Setelah sekian lama ditunggu-tunggu akhirnya Dewi Arimbi mengandung anak dari Bima. Seluruh rakyat Pringgandani sangat bersukacita, dikarenakan anak ini akan menjadi generasi penerus sebagai Raja di Pringgandani bila Dewi Arimbi sudah tiada.

Saat itu seluruh putra Pandawa disertai Sri Batara Kresna tidak ketinggalan seluruh punakawan Semar, Astrajingga, Dawal dan Gareng berkumpul di Istana Pringgandani, merka sedang berkumpul menunggu saat kelahiran sang putra Bima. Tidak lama berselang terdengar tangisan bayi menggelegar menggentarkan seantero Pringgandani, seluruhnya yang berada di bangsal menarik nafas panjang. Sesaat kemudian ada emban yang menghaturkan berita bahwasanya sang putra mahkota laki-laki telah lahir dalam keadaan sehat begitu juga dengan kondisi sang ibu. Mendengar hal tersebut bertambahlah kebahagian semuanya, satu persatu dari mereka memberikan selamat kepada Raden Aria Werkudara alias Bima atas kelahiran putrannya.

Beberapa waktu kemudian mereka bisa masuk menjenguk kedalam kamar, disana terlihat Dewi Arimbi sedang berbaring diatas ranjang berhiaskan emas permata beralaskan sutera berwarna biru terlihat senang dengan senyum mengembang dibibirnya menyambut kedatangan Bima diiringi oleh seluruh kadang wargi (saudara). Tidak jauh dari tempatnya berbaring terlihat sebuah tempat tidur yang lebih kecil, diatasnya tergolek seorang bayi laki-laki sangat gagah dan tampat layaknya ksatria trah dewa, hanya saja ari-ari dari bayi tersebut masih menempel belum diputus. Ketika hal tersebut ditanyakan emban menjawab bahwa seluruh upaya untuk memotong tali ari-ari tersebut selalu gagal. Tidak ada satu senjatapun yang berhasil memotongnya.

Mendengar hal tersebut Bima sangat gusar dan meminta tolong kepada saudara-saudaranya untuk memotong tali ari-ari anaknya yang diberinama Jabang Tutuka. Bima mencoba memotong dengan kuku pancana gagal, diikuti oleh Arjuna mencoba menggunakan seluruh senjatanya diawali dengan keris Pancaroba, keris Kalandah, panah Sarotama bahkan panah Pasopati semuanya gagal. Sri Batara Kresna yang saat itu hadir mencoba dengan senjata saktinya Cakra Udaksana, hanya menghasilkan percikan-percikan api ketika dicoba memotong tali ari-ari itu. Semuanya terbengong-bengong merasa takjub dan heran disertai rasa putus asa, Dewi Arimbi hanya bisa menangis melihat hal tersebut dirundung rasa khawatir jika anaknya harus membawa tali ari-ari hingga dewasa. Ditengah suasana tersebut tanpa diketahui sebelumnya Begawan Abiyasa yang tak lain kakek dari para Pandawa atau buyut dari Jabang Tutuka telah hadir ditempat tersebut, semua yang hadir memberikan sembah sungkem kepadanya. Begawan yang sakti mandraguna ini mengatakan bahwa tali ari-ari itu hanya akan bisa dipotong oleh senjata kadewatan yang berasal dari Batar Guru. Untuk itu Sang Begawan meminta Arjuna untuk pergi ke Kahyangan mencari senjata tersebut. Setelah mendapat perintah dari kakeknya dan meminta ijin kepada saudara-saudaranya Arjuna disertai oelh para punakawan segera menuju Kahyangan untuk mencari senjata yang dimaksud oleh Begawan Abiyasa, sedangkan Sang Begawan sendiri bergegas pulang kembali ke Padepokan setelah memberikan do’a serta merapal beberapa mantra untuk buyut / cicitnya tersebut.

Nun jauh di Kahyangan sana keadaan sedang gonjang-ganjing dikarenakan serangan dari Naga Percona yang ingin memperistri salah satu bidadari yang bernama Dewi Supraba. Dikarenakan Naga Percona bukan sembarang makhluk, dia adalah raja yang mempunyai kesaktian mumpuni dan bisa dikatakan sama bahkan sedikit diatas diatas para dewa, jelas sangat merepotkan barisan dewa-dewa yang dipimpin oleh Batara Indra dalam menghadapi nya. Serangan petir Batara Indra tidak ubahnya lemparan daun-daun kering dari anak-anak, kobaran api Batara Brahma hanya menjadi menjadi mainan saja. Batara Bayu yang mendoronganya dengan badai besar tidak membutnya mundur walaupun seujung kuku, bahkan badannya tidak goyang sedikitpun. Cakra Udaksana dari Batar Wisnu sama sekali tidak mencenderainya, singkatnya para dewa dipukul mundur dengan kondisi babak-belur.

Batara Guru merapal mantra dan melihat Kaca Trenggana, diperoleh keterangan bahwa yang bisa mengalahkan Naga Percona hanyalah Jabang Tutuka anak Bima yang baru lahir. Selanjutnya Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk memberikan senjata darinya yang bernama panah Konta Wijayadanu kepada Arjuna untuk memotong ari-ari Jabang Tutuka dengan imbalan bayi tersebut harus menjadi panglima perang mengahadapi Naga Percona. Disaat yang bersamaan Aradeya atau Karna sedang bertapa di tepi Sungai Gangga mencari senjata sakti untuk dirinya, pada saat Batara Narada mendekati tempat tersebut hatinya senang karena Aradeya ini disangkanya Arjuna, karena rupanya benar-benar mirip dan Batara Surya yang merupakan ayah dari Aradeya sengaja mengeluarkan sinar berkilauan disekitar Aradeya sehingga Batara Narada tidak terlalu jelas melihatnya, sehingga tidak sadar bahwa orang yang diserahi senjata tersebut bukanlah Arjuna.

Setelah mendapatkan senjata sakti kadewatan Aradeya sangat gembira dan langsung berlari tanpa mengucapkan terima kasih kepada Batara Narada, hal itu membuat Batara Narada tersadar bahwa dia salah orang, tidak lama kemudian Arjuan disertai oleh para Punakawan datang ketempat tersebut, dengan sedih Batara Narada bercerita bahwa dirinya telah salah orang menyerahkan senjata kadewatan yang seharusnya diserahkan kepada Jabang Tutuka lewat tangan Arjuna, malah diserahkan kepada orang yang tidak dikenal dan mempunyai rupa mirip dengan Arjuna. Mendengar hal tersebut Semar sangat menyalahkan Batara Narada karena gegabah menyerahkan senjata sakti kepada orang asing, serta segera meminta Arjuna mengejar orang tersebut.

Arjuna berlari dan berhasil menyusul Aradeya, awalnya senjata tersebut diminta baik-baik dan dikatakan akan digunakan olehnya untuk memotong tali ari-ari keponakannya. Aradeya tidak menggubrisnya akhirnya terjadi perang-tanding memperebutkan senjata tersebut, sampai suatu ketika Arjuna berhasil memegang sarung senjata tersebut sedangkan Aradeya memegang gagang panah Konta Waijayadanu. Mereka saling tarik dan akhirnya terjerembab dikarenakan senjata Konta lepas dari warangka / sarungnya. Kemudian Aradeya berlari kembali dan kali ini Arjuna kehilangan jejak.

Dengan sedih hati Arjuna menunjukkan warangka senjata Konta kepada Semar, kemudian atas saran Semar mereka kembali ke Pringgandani sedangkan Batara Narad disuruh pulang ke Kahyangan dan dikatakan bahwa Jabang Tutuka akan segera dibawa ke Kahyangan. Sesampainya di Keraton Pringgandani warangka tersebut digunakan untuk memotong tali ari-ari Jabang Tutuka, ajaib sekali tali ari-ari putus sedangkan warangka senajata kadewatan itu masuk kedalam udel Jabang Tutuka. Hal ini menurut Semar sudah menjadi suratan bahwa nanti diakhir cerita peperangan besar / Bharata Yuda senjata itu akan masuk kembali kewarangkanya, dengan kata lain Jabang Tutuka akan mati jika menghadapi senjata Konta Wijayadanu.

Setelah tali ari-ari berhasil dipotong Arjuna hendak membawa Jabang Tutuka ke Kahyangan untuk memenuhi janji kepada Batara Narada, bahwa Jabang Tutuka akan menjadi panglima perang dan menghadapi Naga Percona. Awalnya Bima melarang karena anaknya masih bayi dan dirinya sanggup untuk menggantikan melawan Naga Percona. Setelah Semar berkata bahwa Jabang Tutukalah yang harus berangkat karena dia yang dipercaya oleh dewa dan Jabang Tutuka pula yang telah menggunakan senjata kadewatan bukan yang lain. Disamping itu Semar menjamin jika terjadi suatu hal yang menyebabkan Jabang Tutuka celaka, Semar berani menaruhkan nyawanya kepada Bima. Mendengar hal tersebut dari Semar, Bima yang mempunyai pandangan linuwih dan menyadari siapa sesungguhnya Semar ini, akhirnya mengijinkan putra berperang melawan Naga Percona.

Arjuna disertai par Punakawan segera membawa Jabang Tutuka ke Kahyangan, setelah mendekati gerbanga Selapa Tangkep tepatnya di Tegal Ramat Kapanasan Arjuna meletakkan Jabang Tutuka ditengah jalan menuju gerbang. Selanjutnya Arjuna memperhatikan dari jauh bersama dengan para dewa, tak lama berselang Naga Percona datang dan melihat ada bayi ditengah jalan. Dia meledek Batara Guru yang dikatakannya sudah gila karena menyuruhnya bertarung dengan bayi yang hanya bisa menangis. Kemudia dia mengangkat Jabang Tutuka dan mendekatkan wajahnya ke wajah bayi tersebut, tidak disangkan tangan Jabang Tutuka mengayun dan berhasil meluaki satu matanya sehingga berdarah. Kontan Naga Percona marah dan membanting Jabang Tutuk kea rah pintu gerba hingga mati. Melihat hal tersebut para dewa tak terkecuali Batar Guru, Batara Narada dan Arjuna kaget dan was-was jika Bima sampai tahu anaknya mati oleh Naga Percona pasti akan mengamu ke Kahyangan. Hanya saja Semar dengan cepat berbisik ke Batara Guru untuk segera menggodok Jabang Tutuka di Kawah Candradimuka, Batara Guru segera memerintahkan Batara Yamadipati untuk segera membawa tubuh Jabang Tutuka ke Kawah Candradimuka dan menggodoknya. Selanjutnya para dewa disuruhnya melemparkan / mencampurkan senajata yang dimilikinya untuk membentuk tuduh Jabang Tutuka lebih kuat, lama-kelamaan terbentuklah tubuh satria gagah dari dalam godogan tersebut. Kemudian para dewa membirkannya pakaian dan perhiasan untuk Jabang Tutuka yang baru tersebut, selanjutnya diakarenakan dia mati belum waktunya berhasil dihidupkan kembali oleh Batar Guru.

Selain mendapat anugerah berupa pakaian, perhiasan dan senjata yang sudah membentuk tubuhnya Jabang Tutuka juga memperoleh beberanama dari para dewa diantaranya : Krincing Wesi, Kaca Negara, Purabaya, Kancing Jaya, Arimbi Suta, Bima Putra dan Gatotkaca. Nama terakhir inilah yang kemudian digunakan dalam dunia pewayangan. Dengan tampilan yang sangat beda dari sebelumnya Jabang Tutuka yang menggunakan nama baru Gatotkaca bertempur kembali dengan Naga Percona, dan akhirnya behasil merobek mulut dan tubuh Naga Percona menjadi dua bagian. Itulah akhir dari hidupnya Naga Percona yang membawa kedamaian di Kahyangan, sekaligus menjadi awal kepahlawanan Gatotkaca sang putra Bima

http://pambelajaranbasajawa.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo_31.html
0

Kethoprak

Kethoprak kalebu salah  sawijining kesenian  rakyat  ing Jawa Tengah, ananging uga bisa tinemu ing Jawa Wetan. Kethoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa Tengah lan bisa ngasoraké kesenian liyané, umpamané Srandul, Emprak, lan sakliyané.

Sajarah

Kethoprak wiwit bebukané awujud dedolanan para priya ing dhusun sing lagi nganaaké lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari, kasebut Gejog. Ana ing tembé kaéring tembang bebarengan ing kampung /dhusun kanggo lelipur. Saterusé ana tambahan kendhang, terbang, lan suling. Mula wiwit saka iku kasebut Kethoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Banjur ana ing tahun 1909 wiwitan dianakaké pagelaran Kethoprak kanthi paripurna/lengkap.

Pagelaran Kethoprak wiwitan sing resmi ing ngarepé masyarakat/umum, yaiku Kethoprak Wreksotomo, dipandhegani dening Ki Wisangkoro, sing mandhegani kabeh kakung. Carita sing dipagelarake yaiku : Warsa - Warsi, Kendana Gendini, Darma - Darmi, lan sapanunggalane.

Sawise iku pagelaran Kethoprak sansaya suwe dadi lan apike uga dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sawise Pagelaran Kethoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan.

Jinis

Anane gegayutan karo pagelaran "teater" para narapraja, mula pagelaran Kethoprak, bisa dibedakake mengkene :

    Kothékan Lesung : awujud awal mulané Kethoprak lan dadi winih ing tembé mburi dadi pagelaran Kethoprak.
    Kethoprak Lesung Wiwitan : wiwitane saka kothekan Lesung ana tari-tarian lan jangkep karo carita , panguripané para tani .
    Kethoprak Lesung : Amujudaké pagelaran jangkep lan nganggo carita rakyat kaering gamelan kayata kendhang, suling, terbang lan lesung. Iki sing bakal dadi laire pagelaran Kethoprak.
    Kethoprak Gamelan : Wiwitan saka Kethoprak Lesung, dijangkepi karo carita Panji lan ageman 'mesiran' ( Baghdad ).
    Kethoprak Gamelan Pendhopo : carita-caritane ngemungake carita Babad, dipagelarake nganti seprené . Pagelaranne ana ing panggung tanpa payon, nanging wis nyedhaki ana ing Gedhung/panggung , yaiku kasebut Kethoprak Pendapa ( Pagelarane ana ing 'Pendopo').
    Kethoprak Panggung : Iki pagelaran Kethoprak ingkang pungkasan , yaiku Kethoprak kang dipagelarake ana ing panggung kanthi carita campur, awujud carita rakyat, sejarah, babad uga carita adaptasi saka ing nagari manca ([[Sampek Eng Tay’’, Maling saka Bagdad lan sapanunggalane ).

Saiki bisa dipirsani Kethoprak Panggung ana ing tlatah Jawa Tengah lan Jawa Wetan. Pagelarane dadi profesional kanthi amungut bayaran karcis , uga kanggone para nayaga (pemain ) lan pradangga (penabuh gamelan ) kethoprak wis dadi panguripan. Tehnik pagelaran lan carita digawé luwih apik lan ditindakake kanthi teges lan tumemen. Tuladha mau bisa dipirsani ana ing Kethoprak "Siswo Budoyo" saking Tulung Agung, Jawa Wetan kang wis misuwur ana ing ngendi wae, dadi klangenane masyarakat.

Isi carita

Rupa-werna carita pagelaran Kethoprak umpama carita rakyat, dongeng, babad,legenda, sejarah lan adaptasi saka nagari manca bisa uga migunakake swasana Indonesia, tuladhane karya Shakespeare : Pangeran Hamlet utawa Sampek Eng Tay. Carita-carita baku: Darma-Darmi, Warsa-Warsi, Kendana-Gendini, Abdul Semararupi crita Menak, Panji Asmarabangun, Klana Sewandana crita Panji, Ande-ande lumut, Angling Darma, Roro Mendut, Damarwulan, Ranggalawe, Jaka bodo.

Carita klangenan masyarakat bisa awujud carita pahlawanan, paperangan, carita nglempengake kabecikan adate ing pungkasan carita sing tumindake becik, jujur bakal entuk kamenangan.

Ageman para nayaga pemain dipadakake karo carita kang dipagélarake, . Biasane nganggo ageman para Narapraja Jawa wektu jaman kerajaan biyen. Umpama Pangeran Wiroguna, Agemane ngangga Priyayi Jawa Pangeran saka tlatah Jawa Tengah ( Jogjakarta ), Semono uga para prajurit. Nanging uga ana ageman kang awujud simbolis ,umpamane Piyantun Wicaksana aweni ageman cemeng , Piyantun suci awerni agemmn pethak, ingkang kendhel agemane abang. Carita Baghdad agemane kasebut "Mesiran" nganggo ageman sutra. Agemen Wayang wong uga ana gegayutan karo Kethoprak, utamane Kethoprak pesisran tlatah Jawa sisih pesisir Lor. Umpamane carita Angling Darma, Menak Jingga/Damarwulan.

Uga ana ageman kasebut basahan, yokuwi ageman kejawen ananging cinampur ing liyan bisa arupa ageman batik, lan beskap uga surban (biasane nganggo uga jubah). Ageman basahan iki adate ana ing carita Menak utawa carita para wali/para ulama Islam ing sajerone praja.

Sing dadi ciri wancine Kethoprak : Carita kanthi para nayaga/pemain , kaering tabuhan (gamelan) ,Ageman tembang kang dadi tetenger kethoprak . Rembugan uga biasa nganggo tembang ,dadi tembang bisa mujudake dadi pangiring adegan, dialog, monolog ( rerasan dewe) utawa dadi narasi.

Wondene unining gamelan kanggo ngeringi tembang, adegan, ilustrasi swasana carita, swasana dramatik, kang mbedakake adegan siji lan sijine.


Perangkat pengiring

Kendang, saron, ketuk, kenong, kempul lan gong bumbung utawa gong kemada. Gamelan jangkep adate nganggo suling utawa terbang. kanthi tambahan keprak.

Para nayaga kethoprak biasane pinter anggone "akting" uga kudu pinter nyanyi & nari .

Para pradangga gamelan, bebarengan karo sinden (waranggono),ngeringi irama gamelan kethoprak.

Senadyan sing dianggo basa Jawa, nanging kudu nganggo "unggah-ungguh" basa. bisa nganggo Jawa biasa (ngoko), basa krama, lan Krama inggil.

Saiki, ana ing wolak waliking jaman, kethoprak uga duwe "improvisasi" kanthi wujud dagelan kethoprak. Umpamane awujud Dagelan lan Kethoprak Humor ana ing siaran Radio lan televisi. Carita bakune padha nanging dipagelarake kanthi dagelan. Mligi ngemungake lan nyenengake pamirsane. Bab paugeran nomer loro. Kethoprak mau biasane wis ora nganggo unggah ungguh basa lan tatakrama, sing baku bisa gawe geguyu. Carita lan basa ora nganggo paugeran baku. Mula bisa kasebut Kethoprak ora jangkep.


Tembung "pradangga", miturut Leksikon/Kamus Bausastra Jawa anggitane Poerwodarminta tahun 1939,iku tegese "gamelan" dudu penabuh gamelan. Yen penabuh gamelan kuwi disebut "niyaga".



http://pambelajaranbasajawa.blogspot.com/2013/12/kesenian-jawa.html
0

Harmoni jawa



Kebudayaan Jawa kuwi ngutamaken keseimbangan, keselarasan karo keserasian, dadi kabeh unsur (urip karo mati, alam karo makhluk urip) kudu harmonis, saling berdampingan, intine kabeh kudu cocog.

Apa-apa sing marakna ora cocog kudu dihindari, angger ana sing bisa ngganggu keseimbangan kuwe kudu cepet digenahna ben kabeh mbalik harmoni maning, mbalik cocog maning.

Umum sing cokan ngganggu keseimbangan kuwe yakuwe polah menungsane, mbuh polah menungsa karo menungsa utawa menungsa karo alam. Angger polah menungsa karo alam, sing nggenahna maning umume dipimpin utawa dadi tanggungjawab pimpinan masyarakat.

Sing angel nang kebudayaan Jawa yakuwe angger keseimbangan kuwe diganggu polah menungsa karo menungsa sing umum nimbulaken konflik (harmoni keganggu). Sing jenenge ora cocog utawa ora seneng tuli umum ning merga arep ngindari konflik, umume rasa ora cocog kuwe dipendem.



http://pambelajaranbasajawa.blogspot.com/2013/12/harmoni-jawa.html
0

Tembang Dolanan



TEMBANG DOLANAN

Tembang dolanan iku jinis tembang sing prasaja, biasa ditembangaké déning bocah-bocah cilik, utamané ing padésan, sinambi dolanan bebarengan karo kanca-kancané. Lumantar lagu dolanan, bocah-bocah dikenalaké bab sato kéwan, sato iwèn, thethukulan, tetanduran, bebrayan, lingkungan alam, lan sapanunggalané. [1]

Kadhangkala tembang dolanan uga ditembangaké déning waranggana jroning swasana tinamtu ing pagelaran wayang kulit.

Iki kaca kanggo ngumpulake syair tembang dolanan utawa tembang sing kerep diunekke bocah-bocah.

    Cublak-cublak suweng
    Gajah gajah
    Gambang Suling
    Gundhul Pacul
    Jamuran
    Jaranan
    Kidang Talun
    Kupu Kuwi
    Lir Ilir
    Menthok Menthok
    Padhang Bulan
    Pitik Tukung
    Suwe Ora Jamu

Cublak-cublak suweng iku sawijining tembang dolanan, sing biasa ditembangaké déning bocah-bocah cilik sinambi dolanan bebarengan kanca-kancané.

Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelèntèr
Mambu ketundhung gudèl
Pak empong lera-léré
Sapa ngguyu ndelikkaké
Sir sir pong dhelé gosong
Sir sir pong dhelé

Gajah-gajah kuwi salah sawijining tembang dolanan sing kerep ditembangaké déning bocah-bocah cilik nalika utawa sinambi dolanan. Surasa tembang Gajah gajah kaya tinulis ing ngisor iki:

Gajah, gajah, mréné tak kandhani jah
mripat koyo laron, siung loro, kuping gedhé
kathik nganggo tlalé
buntut cilik, tansah kopat kapit
sikil koyo bumbung
mung mlakumu mégal mègol

Gundhul Pacul amujudaké tembang bocah-bocah kang populèr ing Jawa Tengah. Tembang iki kalebu tembang lelucon. Surasané tembang kasebut, koyo kang tinulis ing ngisor iki:

Gundhul gundhul pacul cul, gembèlengan

nyunggi nyunggi wakul kul, gembèlengan

wakul ngglimpang, segané dadi sak ratan

wakul ngglimpang, segané dadi sak ratan

Lirik tembang Gambang Suling:

Gambang suling, ngumandhang swarané
thulat thulit, kepénak uniné
uuuuniné mung
nreyuhaké ba-
reng lan kentrung ke-
tipung suling, sigrak kendhangané

Tèks tembang Menthog Menthog:

Menthok, menthok, tak kandhani
mung rupamu, angisin-isini
mbok yo ojo ngetok, ono kandhang waé
enak-enak ngorok, ora nyambut gawé

Menthog-menthog mung lakumu

Megal-megol gawe guyu

http://pambelajaranbasajawa.blogspot.com/2013/12/tembang-dolanan-tembang-dolanan-iku.html

0

Parikan



1. Sugeng ndaluu denmas diajengg... Lomba mlayu, tekan ngarep gerbang... Paras ayu, tapi mlakune ngambang.

2. Bulek Tin ngundang sukuran, aku ra teko polahe cacar. Valentine malah kepikiran, solae aku rung duwe pacar.

3. Wit Klopo kuwi arane Glugu, Disigari diporo dadi pitu. Saben dino aku ora bisa turu, Kangen sopo, ora jelas ning atiku.

4. Jajan sekoteng, no prapatan karang ayu.. Opo artine ngganteng, nek ora payu-payu.

5. Sing abang wae akeh, sing ijo-ijo kok di unduhi, sing prawan wae akeh, sind duwe bojo kok dirusuhi.

6. Kembang mawar warnane abang, langit warane biru. Rasane nganti saliwang, nurut karepe atimu.

7. Tugu yogya lampu bangjo. Urip wis mulya gari golek bojo.

8. Lungo Indramayu karo mlayu-mlayu.. Jarene ayu tapi kok rak payu-payu.

9. Ijone sawah disawang karo mlaku.. Tresna mu koyo hadiah, syarat dan ketentuan berlaku..

10. Nang stasiun Tawang njogo toko. Pisang molen nggo tombo ngelih. Isaku nyawang lewat poto. Rasane kangen kudu ndang mulih :)

11. Tuku susu tekan sarkem, iki wis wengi su, ayo ndang merem!

12. Ngombe jamu jamune bratawali, esem mu cen nggawe awakku lupa diri..

13. Macan mati ninggalake kulit. Lampune mati mbok wedhok jerat-jerit

14. Menyang malioboro tuku keris, pengen bojo londho tapi aku gak isoh boso enggres.

15. Numpak sekuter nganggo sepatu hak.. Awakku gemeter nyawang brengose bapakmu di Mohawk. -

16. temanggung udane deres ndhuwur diambung ngisore teles..

17. Marcopolo Bartolomeu Dias.. Masio jomblo ojo sampek ngombe potas..

18. David trezeguet Bambang pamungkas.. Yen pengen pacaran awet, bar malem minggon pacarmu lebokno kulkas..

19. Ngombe jamu, marakke lemu.. Tresnaku marang sliramu, kealang brengos'e bapakmu.

20. Sambel pete cocolan tahu. Tahu susur cacahe loro. Jane rupaku karo Sule yo isih bagus aku. Neng kok angel men yo golek bojo?

21. Wiji duren arane pongge. Dibubur enak rasane. Lanangan/wedokan keren akeh tunggale. Sing jujur angel golekane.

22. Iwak lele neng njero wajan. Kok angele sak iki golek prawan..

23. Preman gianyar ngelmu kanuragan. Perhatian! Mantanku wis duwe pacar anyar! Sekian.

24. nyuwek dluwang nganggo lading, iso nyawang ning raiso nyanding.

25. Budal ngetan tuku boto,ora lali tuku kloso. Golek bojo sing iso dijak urip soro, sakwayah2 iso dikon nyithak boto

http://nganuanu.blogspot.com/2013/02/kumpulan-parikan-jawa.html

0

Paribasan

A

1. Adhang-adhang tetesé embun = Njagakaké barang mung sak olèh olèhé

2. Adigang, adigung, adiguna = Ngendelaké kakuwatané, kaluhurané lan kapinterané

3. Aji godhong garing = Wis ora ana ajiné/asor banget

4. Ana catur mungkur = Ora gelem ngrungokaké rerasan kang ora becik

5. Ana daulaté ora ana begjané = Arep nemu kabegjan, ning ora sida.

6. Ana gula ana semut = Panggonan sing akèh rejekiné, mesti akèh sing nekani.

7. Anak polah bapa kepradah = Tingkah polahé anak dadi tanggungané wong tuwa.

8. Anggenthong umos = Wong kang ora bisa nyimpen wewadi.

9. Angon mangsa = Golèk waktu kang prayogo kanggo tumindak.

10. Angon ulat ngumbar tangan = Ngulataké kaanan yen limpe banjur dicolong.

11. Anjajah desa milang kori = Wong kang lelungan menyang ngendi-ngendi

12. Ambalithukkhukum = Wong kang pagaweane ngapusi

13. Ambidhung api rowang = Wong kang nduweni maksud jahat nanging ngaku dadi kancane.

14. Arep jamuré emoh watangé = Gelem kepenaké ora gelem rekasané.

15. Asu rebutan balung = Rebutan barang kang sepélé.

16. Asu belang kalung wang = Wong asor nanging sugih.

17. Asu gedhé menang kerahé = Wong kang dhuwur pangkate, mesthi baé luwih gedhé panguwasan

18. Asu marani gebuk = Njarag marani bebaya.

19. Ati béngkong oleh oncong = Wong duwé niyat ala oléh dalan

B

20. Baladéwa ilang gapité = Ilang kakuwatané/kaluhurané

21. Banyu pinerang = Ngibarate pasulayané sedulur mesthi enggal pulihe

22. Banyu pinerang ora bakal pedhot = Pasulayané sedulur ora bakal medhotake pasedulurane.

23. Bathang lelaku = Lunga ijèn ngambah panggonan kang mbebayani.

24. Blaba wuda = Saking lomane nganti awake dhewe ora keduman.

25. Bebek mungsuh mliwis = Wang pinter mungsuh padha wong pinter.

26. Becik ketitik ala ketara = Becik lan ala bakal ketara ing tembe mburine.

27. Belo melu seton = Manut grubyuk ora ngerti karepe.

28. Beras wutah arang bali menyang takere = Barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune

29. mBidhung api rowang = Ethok-éthok nulung nanging sejatiné arep ngrusuhi.

30. Blilu tau pinter durung nglakoni = Wong bodho nanging sering nglakoni, luwih pinter karo wong pinter nanging durung tau nglakoni.

31. Bubuk oleh leng = Wong duwe niyat ala olèh dalan.

32. Bung pring petung = Bocah kang longgor (gelis gedhe).

33. Buntel kadut, ora kinang ora udut = Wong nyambut gawe borongan ora oleh mangan lan udut/rokok.

34. mBuru uceng kelangan dheleg = Mburu barang sepele malah kelangan barang kang luwih gedhe.

35. Busuk ketekuk, pinter keblinger = Sing bodho lan sing pinter padha nemu cilaka

C

36. Carang canthel = Ora diajak guneman nanging mèlu—mèlu ngrembug

37. Car-cor kaya kurang janganan = Ngomong ceplas-ceplos ora dipikir dhisik.

38. Cathok gawèl = Seneng cawe cawe mesthi ora diajak guneman.

39. Cebol nggayuh lintang = Kekarepan kang mokal bakal kelakon.

40. Cecak nguntal cagak = Gegayuhan kang ora imbang kekuwatan.

41. Cedhak celeng bolote = Cedhak karo wong ala bakal katut ala.

42. Cedhak kebo gupak = Cedhak karo wong ala bakal katut ala.

43. Ciri wanci lelai ginawa mati = Pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati.

44. Cincing-cincing meksa klebus = Karep ngirid nanging malah entek akèh.

45. Criwis cawis = Seneng maido nanging yo seneng mènèhi/muruki.

46. Cuplak andheng - andheng yen ora pernah panggonan bakal disingkirake = Wong kang njalari ala becik disingkirake

D

47. Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek, dadiya suket emoh nyenggut = Wis ora gelem nyanak / sapa aruh

48. Dahwen ati open = Nacad nanging mbenerake wong liya.

49. Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang = Ala diunèkaké becik, becik diunekake ala.

50. Desa mawa cara, negara mawa tata = Saben panggonan duwe cara utawa adat dhéwe dhewe.

51. Dhemit ora nduilt, sétan ora doyan = Tansah diparingi slamet ora ana kang ngrusuhi.

52. Digarokake dilukokake = Dikongkon nyambut gawe abot.

53. Didhadhunga medhot, dipalangana mlumpat = Wong kang kenceng karepe, ora kena dipenggah manèh.

54. Diwenehi ati ngrogoh rempela = Wis diwènehi sethithik, malah njaluk kang akeh.

55. Dom sumurup ing banyu = Laku sesidheman kanggo meruhi wewadi.

56. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kélangan = Senajan wong liya nek nemoni rekasa bakal dibelani.

57. Duka yayah sanipi, jaja bang mawinga winga = Wong kang nesu banget.

58. Dudutan lan anculan = Padha kethikan, sing siji ethok-ethok ora ngerti.

59. Durjana mati raga = Wong kang nduweni tekad mati.

60. Durung ilang pupak lempuyange = Wong kang dianggep bocah cilik durung ngerti apa-apa.

61. Durung pecus keselak besus = Durung sembada nanging kepingin sing ora-ora

E

62. Eman eman ora keduman = Karep eman malah awake dhewe ora keduman

63. Emban cinde emban siladan = Pilih kasih ora adil

64. Emban cinde emban siladan = Pilih kasih ora adil

65. Embat embat celarat = Wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget.

66. Emprit abuntut bedhug = Perkara sing maune sepele dadi gedhe.

67. Endhas gundhul dikepeti = Wis kepenak ditambahi kepenak maneh.

68. Endhas péthak ketiban empyak = Wong kang bola-bali nemu cilaka.

69. Enggon welut didoli udhet = Panggone wong pinter dipamèri kapinteran sing ora sepirowa.

70. Entek ngamek kurang golek = Olehe, nguneni/nyeneni sakatoge

71. Entek jarake = Wis entek kasugihane

72. Esuk dhele sore tempe = Wong kang ora tetep atine (mencla - menclé).

G

    Gajah alingan suket teki. = Lair lan batine ora padha, mesti bakal ketara

    (ng) Gajah elar = Sarwa gedhe lan dhuwur kekarepane

    Gajah ngidak rapah = Nrajang wewaler dhewe

    Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah = Wong gedhe kang padha pasulayan, wong cilik sing dadi korban

    Garang garing = Wong semugih nanging sejatine kekurangan

    Gawe luwangan nggo ngurugi luwangan = Golek utangan kanggo nayur utang sing dhisik

    Gayuk-gayuk tuna, nggayuh nggayuh luput = Samubarang kang dikarepake ora bisa keturutan

    G1iyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh = Senajan alon-alon anggoné tumindak, nanging bisa kaleksanan kekarepane

    Golek banyu bening = Meguru golèk kawruh sing becik

    Golek-golek ketemu wong luru-luru = Karepe arep golèk utangan malah diutangi (dijaluki utang)

    Gupak puluté ora mangan nangkane = Mèlu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepénak

I

    Idu didilat maneh = Murungake janji sing wis diucapaké

    Iwak lumebu wuwu = Wong kena apus kanthi gampang

J

86. (n) Jagakaké endhogé si blorok = Njagakake barang kang durung mesti ana lan orané

87. (n) Jajah désa milang kori = Lelungan menyang endi-endi

88. Jalma angkara mati murka = Nemoni cilaka jalaran angkara murkané

89. (n) Jalukan ora wèwehan = Seneng njaluk ora gelem mènèhi.

90. Jati ketlusupan ruyung = Kumpulané wong becik klebon wong ala.

91. Jaran kerubuhan empyak = Wong wis kanji (kapok) banget

92. Jarit lawas ing sampiran = Duwé kapinteran nanging ora digunakaké

93. Jer basuki mawa béa = Samubarang gegayuhan mbutuhake wragat

94. (n) Jujul muwul = Prakara kang nambah-nambahi rekasa

95. (n) Junjung ngentebaké = Ngalembana nanging duwe niyat ngasoraké.

K

96. Kacang ora ninggal lanjaran = Kabiasane anak niru wong tuwané

97. Kadang konang = Gelem ngakoni sedulur mung karo sing sugih

98. Kalah cacak menang cacak = Samubarang penggawéyan luwih becik dicoba dhisik bisa lan orané

99. Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega = Wong sing ora duwé papan panggona

100. Katépang ngrangsang gunung = Kagedhen karep/panjangka mokal bisa kelakon.

101. Katon kaya cempaka sawakul = Tansah disenengi wong akeh

102. Kaya banyu karo lenga = Wong kang ora bisa rukun

103. Kakèhan gludhug kuraug udan = Akèh omongé ora ana nyatané

104. Kebanjiran segara madu = Nemu kabegjan kang gedhe banget

105. Kebat kliwat, gancang pincang = Tumindak kesusu mesthi ora kebeneran

106. Kebo bule mati sétra = Wong pinter ning ora ana sing merlokaké

107. Kebo ilang tombok kandhang = Wis kelangan ngetokaké wragat manèh kanggo nggoleki malah ora ketemu pisan

108. Kebo kabotan sungu = Rekasa merga kakèhan anak

109. Kebo lumumpat ing palang = Ngadili prakara ora nganggo waton

110. Kebo mulih menyang kandhangé = Wong lunga adoh bali menyang omah manèh

111. Kebo nusu gudel = Wong tuwa jaluk wuruk wong enom

112. Kegedhen empyak kurang cagak = Kegedhen kakerepan nanging kurang sembada

113. Kajugrugan gunung menyan = Oleh kabegjan kang gedhé banget

114. Kekudhung welulang macan = Ngapusi nggawe jeneng wong kang diwedeni

115. Kelacak kepathak = Ora bisa mungkir, jalaran wis kabuktèn

116. Kena iwake aja nganti butheg banyune = Sing dikarepake kelakon ning aja nganti gawe rusak/ramé

117. Kencana katon wingka = Senajan apik nanging ora diseneng

118. Kendel ngringkel, dhadhag ora godak = Ngaku kendel tur pinter jebu1 jirih tur bodho

119. Kenès ora ethes = Wong sugih umuk nanging bodho

120. Keplok ora tombok = Wong senengané maido thok, ora gelem mélu cawe-cawe

121. Kére munggah bale = Batur dipek bojo karo bendaran

122. Kere nemoni malem = Wong kang bedhighasan / serakah.

123. Kerot ora duwe untu = Duwe kekarepan ning ora duwé bandha/ wragat

124. Kerubuhan gunung = Wong nemoni kesusahan sing gedhé banget

125. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang = Oleh cilaka sing ora dinyana nyana

126. Ketula-tula ketali = Wong kang tansah nandhang sengsara

127. Kethek saranggon = Kumpulan wong kang tindak ala

128. Kleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadang = Wong sing ora duwe panggonan utawa omah sing tetep

129. Klenthing wadah masin = Angel ninggalake pakulinan tumindak ala

130. Kongsi jambul wanen = Nganti tumekan tuwa banget

131. Krokot ing galeng = Wong kang mlarat banget

132. Kriwikan dadi grojogan = Prakara kang maune cilik dadi gedhe

133. Kumenthus ora pecus. = Seneng umuk nanging ora sembada

134. Kurung munggah lumbung = Wong asor /cilik didadèkake wong gedhe

135. Kuthuk nggendhong kemiri = Manganggo kang sarwa apik/aji liwat dalan kang mbebayani

136. Kutuk rnarani sunduk ula marani gepuk = Njarag marani bebaya

137. Kuncung nganti temeka gelung = Suwe banget anggone entèni.

L

138. Ladak kecangklak = Wong kang angkuh nemoni pakewuh marga tumindake dhewe

139. Lahang karoban manis = Rupane bagus/ayu tur luhur bebudène

140. Lambe satumang kari semerang = Dituturi bola-bali meksa ora digugu

141. Lanang kemangi = Wong lanang kang jirèh

142. Legan golek momongan = Wis kepenak malah golèk rekasa

143. Lumpuh ngideri jagad = Duwe kekarepan kang mokal keturutan.

M

144. Maju tatu mundur ajur = Prakara kang sarwa pakéwuh

145. Matang tuna numbak luput = Tansah luput kabèh panggayuhané

146. Mbuang tilas = Ethok-éthok ora ngerti marang tumindaké kang ala sing lagi dilakoni

147. Meneng widara uleran = Katon anteng nanging sejatiné ala atine

148. Mentung koja kena sembaginé = Rumangsané ngapusi, nanging sejatine malah kena apus

149. Merangi tatal = Mentahi rembug kang wis mateng

150. Mikul dhuwur mendhem jero = Bisa njunjung drajat wog tuwa

151. Milih-milihh tebu oleh boleng = Kakèhan milih, wekasan olèh kang ora becik

152. Mrojol selaning garu = Wong kang luput saka bebaya

153. Mubra-mubru mblabar madu = Wong sing sarwa kecukupan.

N

154. Nabok nyilih tangan = Tumindak ala kanthi kongkonan wong liya

155. Ngagar metu kawul = Ngojok-ngojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojok-ojoki ora mempan

156. Ngajari bebek nglangi = Penggaweyan sing ora ana padahe

157. Ngalasake negara = Wong sing ora manut pranatan negara

158. Ngalem legining gula = Ngalembana kapinteran wang kang pancèn pinter/sugih

159. Ngaturake kidang lumayu = Ngaturak barang kang wis ora ana

160. Nglungguhi klasa gumelar = Nindakak panggaweyan kang wis tumata.

161. Ngontragake gunung = Wong cilik asor bisa nga1ahake wong luhur/ gedhe, nganti gawe kagèt wong akèh

162. Nguthik-uthik macan dhedhe = Njaragwongkangwis lilih nepsune

163. Nguyahi segara = Weweh marangwong sugih kang ora ana pituwase

164. Nucuk ngiberake = Wis disuguhi mangan mulih isih mbrekat

165. Nulung menthung = Wong kang nulung malah nggawe rekasa dhewe.

166. Nututi layangan pedhot = Nggolèki barang sepele sing wis ilang

167. Nyangoni kawula minggat = Ndandani barang kang tansah rusak

168. Nyolong pethek = Tansah mlèsèt saka pamèthèke/pambatang.

O

169. Obah ngarep kobet mburi = Tumindaké panggedhé dadi contoné/ panutané kawula alit.

170. Opor bebek, mentas awake dhewek = Rampung saka rekadayane dhéwé

171. Ora ana banyu mili menduwur = Wataké anak biasané niru wong tuwané

172. Ora ana kukus tanpa geni = Ora ana akibat tanpa sebab

173. Ora gonja ora unus = Wong kang ala rupane uga atine

174. Ora narima ing pandum = Ora puas apa kang diduweni.

175. Ora mambu enthong irus = Dudu sanak dudu kadang

176. Ora tembung ora tawung = Nupuk barange liyan tanpa kandha dhisik

177. Ora uwur ora sembur = Ora gelem cawe-cawe babar pisan

178. Ora kinang ora udut = Ora mangan apa-apa

179. Othak athik didudut angel = Guneme sajak kepenak, bareng ditemeni jebul angel.

P

180. Palang mangan tandur = Diwenehi kepercayan nanging malah gawe kapitunan

181. Pandengan karo srengenge = Memungsuhan karo panguwasa

182. Panditane antake = Laire katon suci batine ala.

183. Pecruk tunggu bara = Dipasrahi barang kang dadi kesenengane.

184. Pitik trondhol diumbar ing padaringan = Wong ala dipasrahi barang kang aji, wekasan malah ngentek-enteki

185. Pupur sadurung benjut = Ngati-ati mumpung durung cilaka.

R

186. Rampek rampek kethek = Nyedhak- nyedhak mung arep gawe kapitunan.

187. Rawer-rawe rantas, malang-malang putung = Samubarang kang ngalang alangi bakal disingkirake.

188. Rebut balung tanpa isi = Pasulayan merga barang kang sepele.

189. Rindik asu digitik = Dikongkon Nindakaké(penggaweyan kang cocok karo kekarepane.

190. Rupa nggendong rega = Marga barang apik mula regane ya larang.

191. Rukun agawé santosa, crah agawé bubrah = Yen padha rukun mesti padha santosa, yen padha congkrah mesti bakal bubrah rusak

S

192. Sabar sareh mesti bakal pikoleh = Tumindak samubarang aja kesusu.

193. Sabaya pati, sabaya mukti = Kerukunan kang nganti tekan pati.

194. Sadumuk bathuk, sanyari bumi= Pasulayan nganti dilabuhi tekan pati.

195. Sandhing kebo gupak = Cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala.

196. Sapa salah saleh = Sapa sing salah bakal konangan

197. Satru mungging cangklakan = Mungsuh wong kang isih sanak sadulur.

198. Sedhakep awé-awé = Wis ninggalake Tumindak ala. nanging ing batin isih kepingin nglakoni maneh.

199. Sembur-sembur adus, siram-siram bayem = Bisa kaleksanan marga oleh pandongàné wong akèh

200. Sepi ing pamrih, ramé ing gawe = Nindakake panggaweyan kanthi ora duwé kamélikan apa-apa.

201. Sigar semangka = Mbagi kanthi adil

202. Sing sapa salah bakal seleh = Sapa sing salah bakal konangan.

203. Sluman slumun slamet = Senajan kurang ngati-ati. nanging isih diparingi slamet

204. Sumur lumaku tinimba, Gong lumaku tinabuh = Wong kang kumudu-kudu dijaluki piwulang/ditakoni.

T

205. Tebu tuwuh socane = Prakara kang wis apik, bubrah marga ana kang durung mesthi salah lan benere.

206. Tega larane ora tega patine = Senadyan negakake rekasane, nanging isih menehi pitulungan.

207. Tekek mati ing ulone = Nemoni cilaka marga saka guneme dhewe.

208. Timun jinara = Prakara gampang banget

209. Timun mungsuh duren = Wong cilik mungsuh pànguwasa, mesthi kalah

210. Timun wungkuk jaga imbuh = Wong bodho kanggone mung yen kekurangan baé

211. Tinggal glanggang colong playu = Ninggalaké papan pasulayan

212. Tulung menthung = Katoné nulungi, jebulé malah ngrusuhi

213. Tumbak cucukan = Wong sing seneng adu-adu

214. Tuna sathak bathi sanak = Rugi bandha, nanging bathi pasaduluran

215. Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati = Prakara ala ngambra ambra, prakara becik kari sathithik

216. Tembang rawat-rawat, ujare mbok bakul sunambiwara = Khabar kang durung mesthi salah lan benere

U

217. Ucul saka kudangan = Luput karo gegayuhane

218. Ulat madhep ati manteb = Wis manteb banget kekarepané

219. Undaking pawarta, sudaning kiriman = Biasané pawarta iku béda karo kanyatakane

220. Ungak-ungak pager arang = Ngisin isini.

W

221. Weding ing wayangane dhewe = Wong sing ala, rumasa wedi yen konangan alane.

222. Wedi rai wani silit = Wedi ning ngarepe, nanging wani ing burine

223. Welas tanpa alis = Karepe welas nanging malah gawé kapitunan.

224. Wis kebak sundukané = Wis akèh banget kaluputané.

225. Wiwit kuncung nganti gelung = Wiwit cilik nganti gedhé/tuwa.

226. Wong busuk ketekuk = Wong kang bodho mesthi nemu cilaka.

Y

227. Yitna yuwana mati ina = Sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana bakal cilaka

228. Yiyidan mungging rampadan. = Biyene wong durjana/culika, saiki dadi wong sing alim

229. Yoga anyangga yogi = Murid nirokaké piwulangé guru.

230. Yuwana mati lena = Wong becik oleh cilaka, marga kurang ati-ati.

231. Yuyu rumpung mbarong ronge = Omahé magrong-magrong nanging

sejatiné mlara

http://kumpulan-cerpen-salmah.blogspot.com/2008/06/kamus-bahasa-jawa-paribasan.html