0

Goresan tintaku di album memoriku



Namaku tidak akan pernah sempurna tanpa huruf “Y”
Apakah engkau menyadari perihal yang sepele
Namamu juga tidak akan pernah terdengar manis tanpa huruf “I”
Apakah engkau peduli
percaya atau tidak, iya atau bukan
itu terserah kalian
karna aku bukanlah tuhan
yang membuat aturan permainan

Andaikan engkau tahu ?
Aku ingin engkau selalu ada disampingku
Menemani setiap langkahku
Melintasi rel kehidupan yang penuh dengan lika-liku

Disini aku termenung sendiri
Layaknya burung kenari
Yang tak lagi bisa tersenyum kepada dunia ini
Aku hanya bisa membisu
Terpaku dan menunggu seperti batu

Hatiku terasa mati
Tertancap oleh ribuan duri yang menyelimuti
Karena senyum itu sudah tiada lagi
Seiring berjalannya waktu yang menuntunmu untuk pergi
Menjauh dari kehidupanku yang gelap ini
Ingatkah engkau saat pertama kali kita bertemu ?
Engkau bentangkan sayapmu
Dan terbang tinggi menuju dasar hati kecilku

Ingatkah engkau saat pertama kali teruntai dari bibirmu ?
Sepercik kata-kata manis dari namaku
Yang terpasang lucu
Selembaran kertas yang menempel pada dadaku
Senyum itu selalu mewarnai hariku
Membuat  aku terbangun dari alam bawah sadarku
Dan selalu ingin melihat senyum manis itu

Tapi ingatkah engkau saat membuat hatiku terluka ?
Membuat hidupku menjadi sirna
Dari gemerlapnya dunia
Engkau aduk hidupku menjadi berantakan dan tak kenal aturan

Apakah engkau pernah sadar ?
Aku selalu menyelipkan senyummu dalam hatiku yang paling dasar
Yang selalu terpasang rapi disetiap dinding kamar

Apakah engkau pernah merasa ?
Disetiap untaian kata yang pernah terlontar dari mulut saya ?
Mungkin tidak !!!
Karena aku hanyalah sebuah tunggak
Yang berdiri sendiri
Tertancap pada bumi
Dan dikerubuti semak belukar sunyi dan sepi yang mengitari
Tak pernah aku bisa berlari
Menggapai semua harapan yang pernah terhempit pada hati ini
Yang dulu pernah tertata rapi
Saat engkau hadir dan mengetuk pintu kehidupanku ini

Ternyata selama ini
Hanya senyum palsulah yang engkau beri
Dan engkau selalu bersembunyi
Saat jejak langkah ini mencoba menghampiri
Dan aku mulai sadar diri
Karena aku hanyalah manusia yang tak mengenal arti

0

LIMA KIAT MUDAH MENUANGKAN IDE




agi seorang pemula, menulis adalah sesuatu yang maha sulit. Betapa tidak, ada orang yang punya semangat menulis. Tapi sayang, ketika ingin menorehkan kata pembuka tulisan, tiba-tiba saja fikirannya kelu, akalnya hampa, dan tangannya kaku, tidak tahu dengan kata apa membuka goresan penanya. Ia tak ubahnya seperti seorang pria yang kesulitan mengungkapkan rasa kepada sang kekasih idaman. Lidahnya kelu mengucapkan kata angker ‘I Love U’.
Ada juga yang telah menemukan ide dan gagasan-gagasan yang menunjang, hanya saja fikirannya kacau. Ia tidak menemukan cara menuangkan pesan yang ada. Akhirnya gagasan-gagasan yang ada membeku dalam alam fikir, laksana bahan mentah yang ditinggal begitu saja, tanpa guna. Lalu akhirnya sirna ditelan masa.
Ada juga yang telah berani menggoreskan ide di atas kertas. Tapi sayang. Di saat ia hanyut dalam euporia keindahan dunia tulis, perasaannya lalu lenyap. Ia kehabisan gagasan. Dan tak mampu menangkap lagi ide, pesan, kesan, fakta dan segala argumen yang ada. Ia laksana orang yang sesat di rimba antah berantah, tersembunyi di balik rimbunan dahan-dahan pohon yang lebat, hilang dan tak menemukan jalan keluar.
Dari sederet modus di atas, banyak di antara kita yang serta merta mengklaim bahwa menulis adalah ‘dunia asing’. Ia dunia sepi, dunianya para borju intelektual. Bagaimana tidak, banyak orang yang melihat bahwa tidak semua orang berjodoh dengan dunia menulis. Mereka yang berhasil terjun di ‘dunia asing’ ini, adalah mereka yang jalan hidupnya memang digariskan di dunia ini. Tak ubahnya seperti takdir yang tak dapat berubah lagi. Padahal bukankan takdir selain ada yang tak bisa diganggu gugat, ada pula yang bisa diusahakan? ‘Keterampilan dan kecakapan menulis’ salah satunya.
Banyak kiat yang telah ditawarkan oleh para pemerhati dunia menulis sebagai solusi dari kendala-kendala di atas dan semacamnya. Namun tak ada salahnya jika penulis menawarkan lima kiat—berangkat dari pengalaman pribadi penulis sebagai kuli tinta di TEROBOSAN, dan WawasaN pada tahun 2002, dan pengalaman menulis artikel dan kolom di berbagai buletin Kairo sejak masa itu hingga detik ini—untuk memudahkan para pemula memulai goresan pena, menuangkan ide dan menabur makna.
Kiat pertama, tentukan ‘angle’. Angle adalah sorotan utama penulisan. Ia sudut pandang ide. Dari angle akan lahir tema. Angle laksana makna dan ruh yang menyelimuti ide, lalu tema adalah kata-kata dan jasad yang mengejawantahkan angle. Mengail angle tulisan sangat signifikan, ia tidak dapat ditawar lagi, karena dengan angle, gagasan yang akan kita tumpahkan dalam carikan kertas akan terarah. Dengannya seorang penulis akan fokus, ia akan mampu menarik segala gagasan yang berkaitan dengan tema, laksana magnet yang menarik segala jenis besi ke pusaranya. Hingga akhirnya ia mampu mencipta satu tulisan yang menunjukkan satu kesatuan yang utuh, seperti satu bangunan yang kokoh, megah, apik, setiap bagiannya menguatkan bagian yang lain.
Kiat kedua, buat kerangka tulisan. Kerangka tulisan representasi dari 50 % tulisan. Ia laksana kerangka satu bangunan. Pada dasarnya kerangka tulisan terdiri dari tiga bagian pokok, ‘pendahuluan, isi dan penutup’. Namun sebuah bangun tulisan tidak cukup hanya dengan kerangka pokok. Semakin detail gagasan-gagasan yang menguatkan setiap bagian kerangka pokok, maka seorang penulis akan semakin mudah merangkai kata, menabur makna dalam satu bangun tulisan. Kehadiran kerangka dalam aktivitas menulis sangat menunjang seorang penulis dalam mengolah data dalam alam fikir, sebelum mengejawantahkannya dalam alam tulis.
Kiat ketiga, mengolah data dalam alam fikir. Usaha mengolah data adalah inti dari segala prolog menulis. Dia yang membuat mata fikir seorang penulis amat kasat dalam memetik makna, menangkap ide, dan menuai makna. Ia juga yang mengasah pena seorang penulis hingga goresannya tajam menusuk lubuk hati pembaca.
Segala data dan gagasan yang telah diolah dalam otak dan akal fikiran melalui fasilitas jiwa ini, layaknya sebagai kalam en nafsi (perkataan jiwa) dalam mata kuliah tauhid. Segala sesuatu, kata-kata lisan atau pun tulisan semuanya bersumber dari kalam en-nafsi. Ia laksana mata air. Jika ia kosong, tentu tidak akan mampu memancarkan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Jika ia hambar maka kata-kata yang lahir dari lubuknya akan hambar pula.
Namun jika ia indah, manis, padat dan berisi. Kata-kata yang terlahir pun akan manis, padat dan berisi. Dengan mengolah tulisan dalam otak dan fikiran kita. Kita akan semakin faham duduk permasalahan. Kita tidak meraba-raba lagi ide yang akan dituangkan. Tapi ide dan gagasan itu benar-benar telah jelas di dalam fikir, dan telah menjadi hak milik alam fikir kita, sehingga kita mampu menuangkan ide dalam bentuk apapun, dan dalam keadaan apapun tanpa ada hambatan yang signifikan.
Kiat keempat, tulis apa yang terbetik di hati. Setelah data diolah dalam otak, tibalah saat yang menentukan. Detik-detik ini yang terkadang membuat seorang penulis pemula keringat dingin, tak mampu melewati fase transisi dari alam fikir ke alam tulis. Fase ini laksana alam barzakh, ia adalah terminal persinggahan, dan awal dari dunia tulis. Untuk melewati fase ini, kiatnya adalah tulis segala apa yang terlintas di hati, namun tetap fokus pada kalam en nafsi yang telah diolah sebelumnya. Tinggalkan teori untuk sementara waktu. Tinggalkan rasa untuk tampil wah, prima dan perfect (sempurna), karena ini yang akan menghambat klarnya satu tulisan. Nanti setelah bingkai tulisan selesai terbentuk, baru merapikan tulisan lewat teori-teori yang telah dipahami.
Kiat kelima, perkaya kosakata dan wawasan. Pertama, dengan modal kosakata yang melimpah ruah, seorang penulis akan dengan mudah mempergunakan diksi yang tepat. Pesan yang ingin disampaikan penulis juga akan mudah dipahami oleh pembaca, dan yang paling penting pembaca akan hanyut dalam lautan kata yang telah penulis rangkai.
Pembaca tidak akan jenuh, karena penulis tidak kehabisan kata dalam menawarkan ide. Kedua, dengan wawasan yang luas dan mendalam, akan membuat tulisan berbobot, valid, dan dapat dijadikan bahan rujukan. Pembaca pun akan mengakhiri bacaannya dengan decak kagum, seraya menghaturkan terima kasih kepada penulis, karena telah memberi sesuatu yang berarti.
Semoga lima kiat ini, dapat mengatasi segala keluhan dalam menuangkan ide dalam tulisan. Dan sekarang saatnya action. Tangkap segala ide yang terlintas dalam fikir kita. Abadikan dalam bentuk tulisan. Karena usia ada akhirnya, namun tulisan yang berbobot akan hidup sepanjang zaman.
Penulis: Andi M. Ridwan Tahir, Lc. Dipl.

http://dgroundrevolution.blogspot.com/2011/06/lima-kiat-mudah-menuangkan-ide.html
0

Menulis: Menumpahkan Isi Hati dan Pikiran



Kata sebagian orang, menulis itu sulit. Ya, betul, jika Anda hanya memikirkannya. Kata sebagian yang lain, “Saya tidak berbakat menjadi penulis.” Tidak. Buktinya, setiap hari Anda menulis tanpa kesulitan.

Jangan pernah mengatakan bahwa menulis itu susah. Semua orang yang pernah mengenyam bangku sekolah dasar pasti bisa menulis. Bahkan, sebagian dari mereka hampir pasti setiap hari menulis, misalnya pesan pendek (SMS). Jadi, atas dasar apa kita berani bilang tidak berbakat atau tidak bisa menulis?

Menulis itu gampang. Untuk menyingkirkan asumsi bahwa menulis itu sulit, perlu dipahami bahwa menulis artinya menumpahkan isi hati dan atau pikiran. Selama kita masih mempunyai hati yang terisioleh perasaan suka, duka, kesal, senang, maupun yang lain, berarti kita bisa menuliskannya. Selama kita mempunyai pengetahuan maupun ide di alam pikiran, berarti kita masih bisa menulis.

Apa yang kita rasakan di hati dan apa yang kita simpan di pikiran, itulah bekal kita untuk menulis. Sudah matikah kita sehingga tidak bisa merasakan dengan hati dan memikirkan sesuatu? Maka, langkah awal dalam menulis adalah menuliskan isi hati dan pikiran.

Sebagai latihan, jika Anda sedang marah kepada seseorang, misalnya, tuliskan saja, “Aku marah kepada si A.” Setelah itu, tuliskan saja hal-hal yang membuat Anda marah kepada si A. Misalnya: “Tadi pagi ia meminjam buku tanpa izin.” “Tadi siang ia memalingkan muka dariku.” “Sore ini ia menyalahkan aku.” Dan seterusnya. Kemudian Anda bisa menuliskan apa saja yang hendak Anda lakukan untuk memberikan pelajaran kepada si A. Dan seterusnya.

Jika semua perasaan itu sudah Anda ungkapkan dalam tulisan, artinya Anda sudah menuangkan adonan tulisan Anda di atas baskom. Selanjutnya, Anda hanya perlu untuk menggorengnya, yaitu membacanya lagi dan mengaitkan satu dengan yang lain dengan bahasa yang runtut dan benar.

Jadi, langkah pertama bagi pemula adalah menuangkan isi hati dan pikiran, tanpa memedulikan struktur kebahasaaan. Setelah semua isi hati dan pikiran habis tertuang, barulah ia membaca ulang tulisannya dan merapikannya.

Menghasilkan Tulisan yang Bagus

Meskipun menulis itu begitu mudah, untuk menghasilkan tulisan yang bagus memang tidak mudah, tetapi juga tidak mustahil. Kuncinya adalah menulis itu sendiri. Kemahiran menulis hanya bisa didapatkan dengan pengulangan yang terus-menerus. Tidak ada ceritanya penulis hebat tiba-tiba muncul lewat tulisan pertamanya.

Penulis pemula sebaiknya tidak perlu memasang target yang tinggi terhadap tulisannya. Yang terpenting baginya adalah menyampaikan apa yang ada di hati dan pikirannya lewat tulisan. Jika maksud tulisan itu bisa dipahami dengan baik oleh pembaca, berarti ia sudah berada pada arah yang benar dalam menulis.

Pada level selanjutnya, penulis perlu membuat tulisannya lebih bergizi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan riset. Jika kita ingin menulis tentang prediksi pertandingan Malaysia vs Thailand di Piala AFF 2012, misalnya, kita perlu melakukan riset terkait materi pemain kedua tim, rekor pertemuan di antara mereka, dan lain sebagainya. Data-data semacam inilah yang akan membuat tulisan kita bergizi sehingga terasa enak saat disantap oleh pembaca.

Jika kita sudah mampu memahamkan pembaca dan memberikan gizi yang cukup melalui tulisan-tulisan kita, dan itu kita lakukan secara terus-menerus, dengan sendirinya kita akan mempunyai gaya tulisan yang khas. Gaya ini bersifat alamiah dan biasanya dipengaruhi oleh tulisan-tulisan yang pernah kita baca dan cara pandang kita terhadap suatu masalah.

Sudahkah kita menulis hari ini?

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/07/menulis-menumpahkan-isi-hati-dan-pikiran-514904.html
0

MENUANGKAN GAGASAN DAN PENGGUNAAN BAHASA TULISAN



Menuangkan gagasan melalui tulisan memang tidak mudah karena menulis bukan hanya menuangkan apa yang diucapkan atau membahasatuliskan bahasa lisan saja. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan (Rusyana, 1988:191). Artinya, gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola dan melaluinya pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis. Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang dimaksudkan oleh pembaca, seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis.

Tidak mudah tentunya berteriak, mengungkapkan kesedihan, atau menjelaskan cara kerja suatu alat melalui tulisan. Karena itu, menulis menuntut kemampuan berpikir yang memadai. Sebab tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui tulisanlah penulis mengomunikasikan pikirannya. Dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menuangkan gagasan adalah menulis itu sendiri. Hal tersebut merupakan usaha untuk mewujudkan apa yang ada di kepala. Jangan biarkan kertas atau layar monitor komputer tetap kosong. Teruslah menulis meski hasil awal tulisan tidak begitu baik. Itu hal yang wajar dan jauh lebih baik daripada Anda tidak mencoba menuliskannya. Karena gagasan tulisan tidak akan ada artinya jika tidak mulai ditulis. Ketika sedang menulis, menulislah saja, jangan membarenginya dengan mengedit. Hal itu akan memperlambat hasil tulisan, bisa jadi tulisan tidak akan selesai karena disibukkan dengan penyuntingan yang dilakukan. Alasan lainnya, sebuah tulisan yang baik dihasilkan melalui dua tahap, menuangkan isi pikiran dan penyuntingan.

Setelah draf awal tulisan selesai, lakukan tahap kedua, yaitu penyuntingan. Hal ini perlu dilakukan agar gagasan yang disampaikan melalui tulisan berhasil mencapai sasaran. Mungkin saja draf awal tulisan masih dipenuhi dengan pilihan kata yang kurang tepat atau gagasan belum dipaparkan dengan baik. Perhatikan dan perbaiki penggunaan bahasa dalam tulisan. Dalam hal ini, tulisan adalah dalam bahasa Indonesia. Karena itu, untuk menjadi seorang penulis tentu saja diperlukan penguasaan bahasa Indonesia yang memadai.

Sejumlah bidang masalah yang lazim diperhatikan dalam penyuntingan adalah kesalahan tata bahasa. Kesalahan tata bahasa ini meliputi kesalahan pemakaian tanda baca, kesalahan ejaan, penyusunan kalimat dalam paragraf, dan sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan tulisan yang baik dan benar. Penggunaan kata yang betul dan yang salah juga perlu dipertimbangkan dalam kaitan dengan penafsirannya oleh pembaca.

Perhatikan pula tentang perpindahan yang menyentak. Karena dalam rangkaian tulisan diperlukan jembatan untuk memuluskan perpindahan dari satu topik, paragraf, atau kalimat kepada berikutnya agar pembaca tidak tersentak dan tidak bingung ketika membaca tulisan. Ambiguitas juga menjadi masalah tersendiri yang perlu dicermati. Masalah ini memerlukan kewaspadaan istimewa karena merupakan masalah yang tidak mudah dilacak oleh penulis. Ambiguitas atau kekaburan makna biasanya bersumber pada perumusan yang kurang tepat dalam penulisan. Diperlukan kepekaan terhadap hal ini.

Keempat hal di atas perlu diperhatikan agar gagasan yang disampaikan dengan bahasa tulisan dapat sampai dengan tepat dan benar kepada para pembaca.

http://pelitaku.sabda.org/menyampaikan_gagasan_lewat_tulisan
0

Menyampaikan Gagasan Lewat Tulisan



Oleh: Puji Arya Yanti

Agar menjadi seorang penulis, seseorang haruslah menulis. Tidak bisa hanya mengkristalkan sesuatu dalam pikiran, berpikir layaknya seorang penulis, dan percaya pada kekuatan kata saja, seorang penulis harus mampu menyampaikan gagasannya melalui tulisan. Dengan bahasa tulisan yang dipakainya, orang dapat mengerti apa yang menjadi ide pikirannya. Pembaca dapat pula dibawa mengembara ke alam pikiran sang penulis dengan kata-kata yang dirangkainya. Namun, apakah Anda masih menemui kesulitan manakala harus menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan? [block:views=similarterms-block_1]

Kesulitan menyampaikan gagasan melalui tulisan mungkin tidak lagi menjadi masalah utama bagi seorang penulis handal, meskipun mungkin mereka juga masih mengalami kebuntuan dalam menemukan ide. Namun bagi penulis pemula, menyampaikan gagasan lewat tulisan bisa jadi merupakan pelajaran sulit yang harus mereka pecahkan. Termasuk dalam hal memilih kata-kata dan merangkainya dalam kalimat agar gagasannya sampai kepada para pembaca.

Gagasan adalah hasil pemikiran. Jadi sebuah tulisan bukanlah hasil angan-angan, meskipun seorang penulis juga tidak terlepas dari angan, daya khayal, atau imajinasi. Imajinasi di sini merupakan imajinasi yang ditempa dalam pikiran, dicerna dalam otak, dan diteruskan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dimaksud adalah tulisan yang ditulis dengan rancangan, dengan pemikiran, dan dengan aturan yang berlaku, tidak sebatas angan saja (Nadeak, 1989:10).

MENEMUKAN GAGASAN

Sebelum seorang penulis menyampaikan gagasannya, terlebih dahulu mereka harus menemukan ide atau gagasan yang hendak mereka sampaikan. Suatu hal yang mustahil bagi seorang penulis untuk dapat menyampaikan gagasan tanpa memiliki sesuatu pun untuk dituangkan.

Lalu dari manakah gagasan tersebut didapatkan seorang penulis? Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan seorang penulis agar menemukan gagasan untuk ditulis.

Memperkaya diri dengan membaca.
Membaca dan menulis diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Menulis membutuhkan membaca dan begitu pula sebaliknya, membaca membutuhkan menulis. Kegemaran membaca akan membekali seorang penulis dengan wawasan dan pengetahuan yang luas. Dengan membaca, hal-hal baru diperoleh dan munculnya ide baru pun sangat memungkinkan. Dan jangan lupa untuk mencatat poin-poin penting dari apa yang sudah dibaca. Catatan-catatan tersebut akan menjadi referensi dalam menemukan gagasan baru yang akan ditulis.
Menyadari semua hal di sekitar.
Jangan pernah abaikan apa yang terjadi dan yang ada di sekitar kita. Hal-hal tersebut merupakan sumber gagasan untuk menulis. Coba perhatikan dan rasakan sejuknya udara pagi hari, indahnya kicauan burung, perhatikan pula aktivitas pagi yang mulai menggeliat. Catatlah apa yang dilihat dan rasakan, kelak bisa saja hal-hal tersebut menjadi benih ide tulisan. Orang-orang, binatang, alam bisa menjadi sumber inspirasi untuk karya fiksi dengan latihan dan sedikit imajinasi.
Melihat ke dalam hidup pribadi.
Sumber gagasan lainnya adalah hidup kita. Penulis dapat memulai menulis dengan menceritakan dirinya sendiri. Misalnya dengan menceritakan mengenai kelahiran, arti nama, mengapa orang tua memberikan nama tersebut, dan lain sebagainya. Bisa juga Anda menulis mengenai pengalaman pribadi yang menyedihkan, menyenangkan, bahkan memalukan. Semuanya merupakan sumber gagasan yang tidak akan ada habisnya.
Setelah menangkap gagasan-gagasan, mulailah menulis. Tuangkan gagasan dengan kata-kata dalam sebuah kalimat. Jangan pedulikan tata bahasanya ataupun kesalahan dalam melafalkannya. Akan ada waktunya nanti untuk membereskannya.
0

Menulis

Saya tidak tahu harus mulai dari mana?
Bagusnya diawali dengan hal apa?
Bilang apa dulu?
Pusing. Itulah yang terjadi ketika kita mencoba untuk menuangkan pikiran kedalam bentuk tulisan, saya juga mengalaminya. Saya pikir, menjadikan pikiran kita sesuatu yang lebih nyata secara tertulis memang  jadi masalah. Seringkali masalah itu trejadi justru ketika memulai untuk melakukan, pernah dengar  just let it flow kan? yang saya maksud bukan judul lagu tetapi, pakailah kalimat itu sebagi jurus untuk memulai menuangkan pikiran anda, itulah yang saya lakukan ketika saya belajar menulis.
Ada banyak hal yang sulit dipikirkan tetapi tidak begitu jika dilakukan, so mulailah menuliskan dari apa kata yang pertama kali anda ingat saat itu, anggap anda bercerita secara verbal dan pendengar anda sangat sabar menunggu anda hingga selesai. ketika anda merasa bingung akan menulis kata selanjutnya maka tuliskan apa yang anda ucapkan dalam pikiran.
Contoh, 'waktu itu saya menatap langit yang tak lagi biru...' lalu anda bingung dan berpikir 'apa lagi ya?'
tulis saja 'waktu itu saya menatap langit yang tak lagi biru..apa lagi ya?' karaena ketika kita berhenti sering kali kita jadi kehilangan kata yang ingin disampaikan.
Semakin lancar anda menuliskan apa yang anda ucapkan dalam pikiran, semakin baik anda menulis. Apabila anda sudah merasa menceritakan semuanya, maka bacalah lagi untuk memeperbaiki selipan kata yang tadi digunakan untuk memeperlancar (apa lagi ya) sambil memperbaiki tata penulisannya. Cara ini membantu anda untuk menjadi labih berani, dan percaya diri. cara ini juga memebantu kita untuk mempermudah membawa pembaca masuk kedalam suasana yang kita rasakan, akan tetapi, ingat periksa lagi selipan yang anda gunakan apakah itu bagus atau tidak. Biasanya selipan itu hanya akan ada di awal bagian saja.
Selamat mencoba.
0

Slogan konservasi namung dadi “Embel-embel”



Sapa sih sing ora kenal Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas sing bertaraf internasional sing unggul, sehat lan sejahtera. Kampus iki uga duweni predikat kampus konservasi pertama sing ana ing Negara iki. Kampus kang ngadek wiwit taun 1965 ing kutha Semarang, kutha kan isa dikategoriake kutha kang wis tuwa sing ana ing ibu kota provinsi Jawa Tengah. Kampus iki bakalan menehi ngilmu utawa pelajaran sing durung tau disinauni ing bangku SMA, SMP, utawa liyane, kampus iki uga bakalan menehi kaindahan lan panorama alam sekitar, misale kaya taman, gedung sing megah, hutan mini lan liya-liyane. UNNES iki anduweni daya magnet sing isa narik kawigaten para pelajar saka ngendi wae, baik saka domestik nganti mancanegara.
 

Wiwitane UNNES dadi kampus konservasi yaiku tanggal 12 Maret 2010. Keberadaan UNNES dadi Universitas konservasi iki, wis dideklarasiake dening Menteri Pendidikan Nasional yaiku Muhammad Nuh. Saka deklarasi kuwi, kabeh warga UNNES kudu njunjung dhuwur prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, lan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam lan budaya luhur bangsa. Slogan konservasi uga ditempatake dadi wujud tridarma perguruan tinggi yaiku pendidikan, penelitian lan pengabdian marang masyarakat.
(Sumber : http://unnes.ac.id/tentang/)
 

Senajan UNNES iki anduweni slogan kampus konservasi, ananging penghuni utawa warga sing ana ing UNNES iki kelakuan lan tingkah lakune kaya-kaya ora sepadan karo slogane. Rumangsa slogan konservasi iki namung digawe embel-embel lan pantes-pantesan wae. Delengen para mahasiswa-mahasiswi nganti pejabat lan panguwasa sing ngadek ana ing UNNES, babar pisan ora ana sing isa merhatekake apa kuwi sing jenenge konservasi. Sing jarene konservasi kuwi nglindungi, ngreksa, lan jaga sing ana ing sekitare dhewe kanthi sethithi. Misale kaya mangkene, saben jam pitu isuk nganti jam papat sore, para mahasiswa lan mahasiswi ora oleh gawa kendaraan bermotor sakepenake dhewe amarga mangko bakalan dadekake ora nyamane sinau lan dadekake polusi udara ing wilayah kampus. Kaya-kaya peraturan kuwi namung dikhususke kanggo mahasiswa-mahasiswi. Para pejabat lan panguwasa-panguwasane dhewe padha sliwar-sliwer ngalor-ngidul sakepenake dhewe karo tunggangane sing serba mewah. Ana maneh kaya mangkene, biyasane wayah jam kosong khususe mahasiswa lan dosen ora sungkan-sungkan rokokan ana ing wilayah kampus. Apa kuwi ora termasuk dadi penyebabe polusi udara, lan iku uga dadekake ora nyamane warga liyane khususe para wanita sing mungkin alergi karo kebul-kebule rokok.
 

Saka kasus-kasus ing dhuwur, isa didelok yen para penghuni sing ana ing UNNES iki durung anduweni kesadaran marang lingkungan. Senajan wis ana peraturan-peraturan sing wis digawe dening kampus, nanging peraturan-pertauran kuwi ora digubris babar pisan.
 

Dadi, sing jenenge duweni slogan konservasi, kudune tata kelakuane, tata kramane iya bisa njunjung dhuwur apa sing jenenge konservasi kuwi. Saka kene perlu anane kesadaran saka masing-masing individu lan sak anane warga UNNES akan perlune jaga lingkungan kuwi. Jaga lingkungan kampus dadi tanggung jawab bareng-bareng, mulai saka karyawan, mahasiswa-mahasiswi, dosen nganti pejabat-pejabat sing ana ing dhuwur kana. Supaya lingkungan kampus iki isa kacipta kampus sing nyaman, asri lan kondusif. Sahinnga proses belajar mengajar iki isa kelakon kanthi nyaman lan aman.
 

Saka kene, menawa ana perangan sing isa digatekake dening kabeh warga UNNES, sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan :
1.    Menghemat penggunaan kertas
2.    Buwak sampah kanthi sethithi ana ing tempate
3.    Manfaatake barang-barang asil saka daur ulang
4.    Menghemat penggunaan listrik, air, AC lan liya-liyane
5.    Sarta nanam lan ngrawat wit-witan sing ana ing sekitar lingkungan kampus
 

Saka upaya-upaya ing dhuwur kuwi menawa isa dilakokake, supaya citra UNNES sing anduweni slogan konservasi iki, ora namung sekedar dadi embel-embel lan pantes-pantesan wae.
0

7 unsur budaya


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B.Unsur-Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :

    Kesenian
    Sistem teknologi dan peralatan
    Sistem organisasi masyarakat
    Bahasa
    Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
    Sistem pengetahuan
    Sistem religi

Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara sendiri. Banyak faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya universal yaitu :

1.Kesenian

Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.

2.Sistem teknologi dan peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.

3.Sistem organisasi masyarakat

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.

4.Bahasa

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.

5.Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.

6.Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.

 7.Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
C.WUJUD KEBUDAYAAN
   Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

1.Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2.Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

3.Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

D.FAKTOR YANG MENDORONG DAN MENGHAMBAT PERUBAHAN KEBUDAYAAN

1.Mendorong Perubahan Kebudayaan

adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi.adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan terutama generasi muda.

2.Menghambat perubahan kebudayaan

adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti : adat istiadat,dan keyakinan agama,adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi kolot.

  A. FAKTOR INTERNAL

*PERUBAHAN DEMOGRAFIS

perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah,akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan,contohnya : bidang perekonomian, pertambahan peduduk akan persediaan kebutuhan pangan,sandang dan papan.

*KONFLIK SOCIAL

konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat,contohnya : konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi,untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.

*BENCANA ALAM

bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan contohnya : banjir,bencana longsor,letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru,disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilisasi maupun alkuturasi.

*PERUBAHAN LINGKUNGAN ALAM

ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta,rusaknya hutan karena erosi,perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

          2.FAKTOR EKSTERNAL

*PERDAGANGAN

indonesia terletak pada jalur perdagangan asia timur dengan india,timur tengah bahkan eropa barat,itulah sebabnya indonesia sebagai persinggahan pendagang pendagang besar,selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya.

*PENYEBARAN AGAMA

masuknya unsur-unsur agama hindu dari india atau budaya arab bersamaan proses penyebaran agama hindu dan islam ke indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama kristen dan kalonialisme.
0

SERAT RANGSANG TUBAN


Review oleh :
Agung Ari Widodo (305262479251)1
 

Saya kira membaca sebuah babd, serat, atau kidung itu membosankan. Tapi setelah membaca secara keseluruhan dari isi Serat Rangsang Tuban ini, ternayata isinya tidak kalah dengan novel-novel modern. Hanya saja bedanya gaya ceritanya memang “lawas (kuno)” yaitu tentang harta, tahta, dan wanita. Dan akhir dari cerita menunjukkan kebahagiaan.
Cerita dari Serat Rangsang Tuban ini berawal dari dua Pangeran (putra raja) dari Negara Tuban yang bernama Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Warsakusuma. Keduanya adalah putra Raja Sindupati dari Kerajaan Tuban. Kedua pengeran ini pada awalnya berhubungan sangat baik. Tapi karena wanita hubungan kedua pengeran ini menjadi renggang, bahkan menjadi musuh.
Kenapa kok bisa menjadi musuh. Ceritanya Pangeran Warihkusuma akan menikahi Endang Wresti. Penggambaran wanita dalam sebuah Historiografi tradisional sangat lengkap. Tidak hanya wanita, untuk menggambarkan situasi dan suasana alam. Endang Wresti digambarkan sebagai wanita yang cantik laksana dewi dan bidadari kahyangan. Ketika itu Raden2 Warsakusuma menjadi raja di Tuban menggantikan ayahnya yang sudah meninggal3 mengantarkan kakandanya melamar Endang Wresti.
Melihat wajah dan tubuh Endang Wresti yang aduhai bagai gitar Spanyol, Raden Warsakusuma malah jatuh hati padanya. Dia merasa iri melihat kakandanya menikahi wanita secantik Endang Wresti. Timbul keinginan Warsakusuma untuk memiliki Wresti. Dan setelah Warihkusuma memboyong Wresti, Warsakusuma melakukan fitnah terhadap kakandanya, yang berakibat diusirnya Warihkusuma dari Kerajaan Tuban. Berhasil mengusir kakandanya, Warsakusuma menikahi Wresti dengan “paksaan”. Nantinya lahir seorang anak dari “perkawianan paksa” ini yang bernama Udakawimba.
Raden Warihkusuma yang terusir dari Kerajaan Tuban melalang buana berkelana ke hutan. Sampai suatu ketika dia sampai pada suatu kerajaan yang bernama Banyubiru. Di kerajaan ini Warihkusuma mengabdi kepada Prabu Hertambang, Raja Kerajaan Banyubiru. Suatu ketika Warihkusuma mengaku kepada Sang Prabu bahwa dia adalah seorang pangeran dari nagari Tuban yang diusir oleh Raja Tuban. Mendengar kisah ini Prabu Hertambang merasa trenyuh hatinya.
Melihat kinerja dari Warihkusuma, Prabu Hertambang menjadikannya sebagai Adipati (bagian dari keluarga raja). Dan Sang Prabu berniat untuk mengawainkannya dengan putrinya yang bernama Dewi Wayi. Dewi Wayi ini merupakan putrid satu-satunya dari Prabu Hertambang yang nantinya akan menggantikan bertahta di Kerajaan Banyubiru. Dewi Wayi merupakan putri yang hebat dalam seni berperang dan strategi. Karena itulah Prabu Hertambang mengawinkan putrinya dengan Warihkusuma.
Raden Warihkusuma dan Dewi Wayi akhirnya menikah. Tapi terjadi suatu peristiwa yang buruk. Ketika Wayi melahirkan putrid pertamanya, dia meninggal. Permaisuri Prabu Hertambang menuduh Warihkusuma sebagai “biang sial” yang menyebabkan putrinya,Dewi Wayi meninggal. Sang Prabu pun juga ikut-ikutan menuduh Warihkusuma sebagai “biang kerok”. Hal ini berdampak diusirnya Warihkusuma dari Nagari Banyubiru. Tidak hanya Warihkusuma yang diusir. Anak dari perkawinannya denga Wayi juga ikut dibuang dengan dialirkan di sungai. Anaknya nantinya ini ditemukan oleh Kyai Bulud Wulusan dan menamakannya Rara Sendang4. Rara Sendang ini nantinya akan menjadi istri dari Udakawimba.
Kasihan ya Raden Warihkusuma ini, mengalami pengusiran sampai dua kali. Dia berkelana lagi dan menjadi pertapa. Tapi dalam kisah serat ini, Warihkusuma bermimpi bertemu dengan istrinya Endang Wresti. Nah mimpi inilah yang membawa Warihkusuma kembali ke Tuban. Ternyata Raja Tuban yang tidak lain adalah adiknya yaitu Prabu Warsakusuma telah meninggal. Pemeritahan kerajaan sementara dipegang oleh Patih Toyamarta.
Patih Toyamarta sangat senang dengan kembalinya Warihkusuma, karena patih sangat sayang dengan Warihkusuma. Warihkusuma pun menjadi raja di Tuban dan bertemu lagi dengan Endang Wresti. Tapi ada yang mengganjal di hati Prabu Warihkusuma, yaitu anak yang lahir dari “kawin paksa” Wresti dengan Warsakusuma yang bernama Udakawimba. Ketidaksukaan Warihkusuma dengan Udakawimba berdampak dengan diusirnya Udakawimba dari Kerajaan Tuban.
Sebenarnya Udakawimba tahu kalau dirinya bakal diusir. Akhirnya dia ganti yang berkelana. Sampai akhirnya dia sampai di sebuah desa yang disebut Sumbereja. Di desa ini Udakawimba berguru agama Islam dengan Kyai Wulusan. Udakawimba merupakan orang yang cerdas, dia sangat ahli menata kota, membuat benteng, dan strategi perang. Karena itulah Ki Wulusan ingin Udakawimba menikahi putrinya yang bernama Rara Sendang. Dan akhirnya mereka pun menikah.
Udakawimba senang sekali bertapa. Suatu ketika dia bertapa di sebuah gunung dan menemukan sebuah istana yang didalamya terdapat banyak sekali emas. Emas inilah yang menjadi modal Udakawimba untuk membangun Desa Sumbereja menjadi sebuah kota yang mewah. Desa ini dipersiapkan Udakawimba untuk menyerang Kerajaan Tuban. Rupanya Udakawimba masih sakit hati karena Prabu Warihkusuma mengusirnya.
Akhirnya tibalah waktunya untuk menyerang Kerajaan Tuban. Udakawimba sangat ahli dalam taktik perang. Dengan mudahnya dia dan pasukannya menerobos masuk hingga ke pusat Kerajaan Tuban. Serangan ini mengakibatkan Prabu Warihkusuma melarikan diri ke hutan dan berencana menanggalkan pakaian kebesarannya dengan menjadi biku.
Di Kerajaan Banyubiru, Prabu Hertambang telah menghembuskan nafas terakhir. Tahta kerajaan diberikan kepada Putrinya, Dewi Wayi5. Selama Ratu Wayi bertahta, rakyat Banyubiru aman sejahtera. Suatu ketika Dewi Wayi ingin berkelana membaur dengan rakyatnya.
Sampai suatu ketika dia sampai di sebuah gunung. Di gunung itu bertapa seorang biku. Dan ternyata biku itu adalah Raden Warihkusuma. Warihkusuma kaget ternayta istrinya, Dewr Wayi masih hidup. Akhirnya mereka bertemu dan melepaskan rindu. Keesokan paginya mereka kembali keKerajaan Banyubiru.
Warihkusuma menceritakan tentang keadaannya kepada istrinya juga tentang serangan dari Sumbereja. Dia meminta bantuan istrinya untuk menghadapi pasukan Desa Sumbereja. Dewi Wayi bersedia membantu suaminya. Ketika itu Kerajaan Banyu biru mendapat serangan dari Desa Sumbereja.6. Tapi dengan kecerdikan dan keahliannya, Dewi Wayi berhasil memukul mundur pasukan Udakawimba (Desa Sumbereja).
Perang masih berlanjut. Strategi demi strategi dilakukan oleh Udakawimba maupun Wayi. Mereka melakukan gelar pasukan (formasi pasukan tempur) untuk saling menyerang. Tapi akhirnya Udakawimba kalah, karena Wayi menggunakan strategi Gelar Garuda Melayang. Strategi yang menyerang dari udara dengan menaiki sebuah benda yang bisa terbang7.
Setelah menyerah, Udakawimba disuruh oleh Wayi untuk membawa istri dan mertuanya untuk menghadap. Dewi Wayi tertegun dengan istri Udakawimba yang amat rupawan8. Kemudian dia berrtanya kepada Ki Wulud apakah Rara Sendang adalah anaknya? Ki Wulud mengaku bahwa Rara Sendang bukan anak kandungnya. Rara Sendang ditemukan oleh Ki Wulud di Sungai dan merawatnya hingga dewasa. Wayi menjadi curiga bahwa Rara Sendang adalah anaknya yang dibuang disungai. Dan dia semakin percaya kalau Rara Sendang adalah anaknya ketika Ki Wulud memperlihatkan keranjang tempat Rara Sendang dibuang.
Akhirnya terjadi reuni keluarga. Udakawimba yang merupakan suami dari Rara Sendang diampuni dan boleh menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Sendang Biru. Raden Warihkusuma juga memaafkan tindakan dari Udakawimba yang menyerang Kerajaannya.
Serat ini menceritakan intrik dalam suatu keluarga. Dalam suatu kerajaan, dihuni oleh kerabat-kerabat dari raja itu sendiri. Jadi ada hubungan keluarga antar kerajaan jaman dahulu. Dan yang membuat saya tertarik, adalah strategi perang yang digunakan Udakawimba dan Dewi Wayi. Strategi perang ini sangat luar biasa, apalagi ditambah dengan peralatan perang yang dipakai, seperti Gelar Garuda Melayang yang menggunakan sebuah benda yang bisa terbang. Saya tidak tahu apakah pada masa Revolusi (1945-1949), pejuang kita menggunakan strategi seperti ini? Tidak hanya dengan gerilya??
1 Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
2 Saya menulis “Radem”, karena merupakan sebutan bagi laki-laki dari keluarga bangasawan atau istana (kraton).
3 Ini merupakan hal yang menarik bagi saya karena biasanya raja yang sudah meninggal akan mewariskan tahtanya pada anak tertua. Dalam Serat Rangsang Tuban ini Raden Warihkusuma adalah anak tertua. Tetapi yang kemudian menggantikan Prabu Sindupati adalah anak keduanya yaitu Raden Warsakusuma.
4 Dinamakan Rara Sendang karena Kyai Wulud menemukan bayi perempuan di sungai.
5 Dalam Serat ini diceritakan bahwa Dewi Wayi ternyata tidak meninggal. Ketika kereta Jenasah yang membawa jenasah Dewi Wayi mau akan mengadakan upacara kematian, mendadak Dewi Wayi bangun dari tidurnya. Suasana hampir gempar, tapi kemudian seluruh isi istana menjadi gembira. Prabu Herlambang (ketika masih hidup) merasa berdosa karena telah mengusir Raden Warihkusuma. Sang Prabu memerintahkan untuk mencari Raden Warihkusuma supaya kelak akan menggantikan tahtannya, tetapi tidak menemui hasil.
6 Awalnya Warihkusuma tidak tahu siapa yang menyerang kerajaannya.
7 Sebuah benda yang unik. Benda pada ini yang bisa terbang? Atau jangan-jangan pada masa dahulu kita sudah mengenal pesawat? Ternyata teknologi perang pada masa dahulu sudah sedemikian canggih.
8 Ternyatan wanita masa kerajaan dulu wajahnya cantik-cantik…
0

Cerita : Gandamana Luweng




1.    Versi Indonesia

Pada cerita ini mengisahkan tentang usaha Harya Suman untuk bisa di angkat menjadi patih di Hastina dengan cara mengfitnah Patih Gandamana. Gandamana berwatak jujur, tidak banyak bicara, berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib, mudah tersinggung dan bilamana perlu bertindak diluar batas. Ia juga pemberani, tidak takut kepada siapa pun.

Pada suatu hari datanglah utusan Prabu Tremboko (Raja Pringgondani) dan diterima oleh Suman. Maksud kedatangan utusan Prabu Tremboko itu untuk menyampaikan surat persahabatan untuk Pandu, karena hanya bisa bertemu dengan Suman dititipkanlah surat itu kepada Suman untuk kemudian diberikan kepada prabu Pandudewanata.

Suman menghaturkan surat Prabu Tremboko pada Pandu, tapi isinya telah diubah bahwa Prabu Tremboko menantang perang Astina. Pandu tak gegabah menyikapinya, diutuslah Patih Gandamana untuk membawa misi damai ke negara Pringgondani

Saat Patih Gandamana berangkat, Suman diam-diam mengerahkan Kurawa lebih dahulu ke Pringgondani dan mengirim surat balasan tantangan perang kepada Prabu Tremboko. Patih Gandamana tidak mengira telah terjadi penyerangan ke Pringgondani oleh Kurawa yang digerakkan oleh Suman. Akhirnya Gandamana diserang oleh pasukan Pringgondani dari depan dan pasukan Kurawa dari belakang. Gandamana tidak melakukan perlawanan.

Hingga akhirnya dengan mudah dijebak dimasukkan ke dalam luweng (lubang tanah yang dalam). Kemudian Suman memerintahkan Duryudana untuk menimbun Gandamana.

Melihat Gandamana tidak melawan maka Raja Tremboko kemudian menolong Gandamana dan meminta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Prabu Tremboko kemudian menyerahkan surat palsu Pandudewanata yang dibuat Suman kepada Gandamana sebagai bukti. Di kesempatan lain, Suman telah kembali ke Astina, melaporkan bahwa Gandamana telah gugur dikeroyok oleh pasukan Pringgondani. Akhirnya Suman diangkat menjadi patih oleh Pandudewanata. Sebuah kebijakan yang terburu-buru.

Gandamana kembali ke Astina, tetapi di tengah jalan ditemui oleh Widura. Diberikan penjelasan bahwa Suman melaporkan Gandamana telah gugur dan kini Suman diangkat menjadi patih. Akhirnya Gandamana menghajar Suman hingga babak belur. Jadilah tubuh hancur tersebut sebagai Sengkuni. Prabu Pandudewanata marah melihat perlakuan Gandamana. Merasa eksistensi Pandu sebagai Raja diabaikan oleh Gandamana. Akhirnya Gandamana menerima marah Pandu, kemudian diminta kembali ke kerajaan Pancalaradya. Widura melapor kepada Pandu apa yang sebenarnya terjadi. Surat palsu Suman/Sengkuni kepada Prabu Tremboko dibaca oleh Pandudewanata. Prabu Pandu menyesal telah terburu-buru memecat Gandamana.


2.    Versi Jawa

Gandamana yaiku adike Dewi Gandawati, permaisurine Prabu Drupada ana ing kerajaan Cempalaradya (Pancala). Bapake jenenge Prabu Gandabayu, sak wise kakake dadi permaisuri, Gandamana terus diangkat dadi patih ana ing kerjaan Cempalaradya, ananging sak durunge iku, Gandamana tahu dadi Patih ana ing Negeri Astina waktu sing mimpin kerajaan Prabu Pandudewanata.

Waktu kakake Dewi Gandawati nginjek dewasa, Gandamana sing arep milihake jodohe kanggo kakange kuwi. Sak wise dheweke entuk izin saka Bapake, dheweke banjur nganakake sayambara. Sapa wonge sing isa ngalahake Gandamana ing sajroning adu kesaktian, dheweke lah sing isa nyunting kakange Dewi Gandawati dadi istrine.

Akeh Raja lan Pangeran sing melu sayembara kuwi, ananging ana siji sing bisa ngalahake Gandamana yaiku Bambang Sucitra. Akhire Sucitra kuwi dadi bojone kakange yaiku Dewi Gandawati lan dheweke uga dadi pewaris tahata ana ing kerajaan Cempalaradya. Sak wise Prabu Gandabayu wafat, Bambang Sucitra banjur naik tahta dadi Raja ana ing kerajaan Cempala lan anduweni gelar Prabu Drupada.

Gandamana kuwi anduweni sifat jujur, ora kakean omong, patuh karo deduwurane, dheweke gampang ngamuk, lan uga kendel,ora wedi karo sapa wae.

Nalikane Gandaman jabat dadi Patih ana ing Negeri Astina, dheweke pernah difitnah karo Harya Suman adike Dewi Gendari sing dadi bojone Prabu Destarasta.

Nalikane Patih Gandamana arep ning kerajaan Pringgadani kareben dheweke arep nyegah peperangan antarane karajaan Astina karo Kerajaan Pringgadani, dheweke kuwi kajebak ana ing sajroning luwengan, Harya Suman sing ngerti kajadian kuwi, dheweke ora gelem nulungi, malahan Dheweke lunga karo rombongan prajurit Astina menyang bali ing Negeri Astina.

Sak wise Harya Suman teka ana ing Kerajaan Astina, dheweke laporan Karo Prabu Pandudewanata, ngenani matine Patih Gandamana ana ing sajroning peperangan, Prabu Pandu ya mung manut wae karo omongane Hrya Suman sing ngayawara kuwi, ora mikir suwe, banjur Prabu Pandu kuwi dadeake Harya Suman Patih ana ing Kerajaan Astina.

Sak wise waktu kepunkur suwe, banjur Gandaman isa metu saka luwengan kuwi, dheweke banjur mulih ana ing Negeri Astina. Kabeh wong sing ana ing Kerajaan Astina padha ora nyangka yen Gandaman kuwi iseh urip, sakwise ngaturake panyembah marang Prabu Pandu, ora mikir suwe dheweke banjur nyeret Harya Suman metu saka jroning Kerajaan.

Amarga dheweke ngrasa yen dheweke dihianati, Patih Gandaman banjur ngejur Harya Suman nganti ajur lan cacat seumur hidup, wektu kuwi uga Gandamana angandika : “  sok emben waktu perang Baratayuda, Harya Suman kuwi matine bakalan ngenes. Awake Harya Suman bakalan tercabik-cabik lan ajur, cangkeme sing dikanggoake mung kanggo fitnah lan ngomong tetembungan sing ngayawara kuwi bakalan disuwek dening musuhe.” Sak wise awake ajur lan cacat Harya Suman banjur dijuluki Sengkuni.

Sak wise ngajar Harya Suman entek-entekan, banjur Gandamana nyuwun panembah karo Prabu Pandudewanata, lan dheweke nyuwun pangampunan marang Prabu Pandu amarga tindakane kuwi wis leluwihan lan kebangeten. Ananging Prabu Pandu kuwi malahan ngamuk lan ngusir Gandaman saking Kerajaan Astina. Sak wise ngana banjur Gandamana ngundurake awake dadi Patih ana ing Kerjaan Astina, lan dheweke banjur bali menyang Kerajaan Cempalaradya maneh.

Tembang Macapat

    Pengantar Rancangan

Tembang Macapat dalam bahasanya mempunyai arti tersendiri yaitu membaca sipat (sifat). Masing-masing tembang menggambarkan proses perkembangan manusia dari sejak lahir hingga mati. Ringkasnya lirik nada yang diubah kedalam berbagai bentuk tembang  menceritakan sifat lahir, hidup, dan mati manusia sebagai perjalanan yang musti dilalui setiap insan. Penekanan ada pada sifat-sifat buruk manusia, agar supaya  tembang tidak sekedar menjadi iming-iming, namun dapat menjadi pepiling (pengingat) untuk perjalanan manusia.

Adapun urutan-urutan dalam Tembang Macapat adalah :

Mijil, Maskumambang, Sinom, Asmaradana, Gambuh, Kinanthi, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung.

    Judul Materi Kegiatan

“ Tembang Macapat “

    Langkah-langkah Produksi Bahan

    Mencari bahan yang akan digunakan dari Buku Maupun dari Internet yang sudah didapatkan selama ini.
    Menganilisis bahan meliputi guru lagu, guru gatra, guru wilangan.
    Setelah mendapatkan bahan-bahanya, selanjutnya mencoba untuk membuat lirik tembang sendiri.

    Langkah-langkah Pelatian

    Berlatih membaca notasi pada lirik tembang
    Mengetahui tinggi rendahnya nada maupun cengkoknya
    Menyelaraskan tinggi rendahnya nada pada Gamelan
    Harus bisa mengatur pernafasan
    Memperhatikan guru lagu, guru gatra dan guru Wilangan
    Hasil Produksi Kegiatan.


    Sekar Macapat Kinanthi, Laras Pelog Pathet Barang

6     7    2 ̇    3 ̇    3 ̇    3 ̇    3 ̇    3 ̇
Sa    ra    na    ne     wong     yun     lu    hung

3 ̇    2 ̇    7    6    7    5    6    7
Ing    kang    du    we    ni    pa    ker    ti

6    7    2 ̇    2 ̇    2 ̇    2 ̇    2 ̇3 ̇    3 ̇2 ̇
E    li    nga     so    lah     jat    mi    ka

7    6    6    6    7    5    65    32
Yen     wi    ca    ra     ku    du     ma    nis

2    3    5    6    6    6    6    6
Mu    rih    seng    se    ming     sa    sa    ma

5    5    5    5    56    53    5    6
Sa    ma    ning     ma    nung    sa     sa    mi


    Sekar Macapat Asmarandana Laras Pelog Pathet barang


6    7    2 ̇    2 ̇    2 ̇    2 ̇    2 ̇    2 ̇
Se    pi    ku     ing     te    ngah     we    ngi

2 ̇    2 ̇    2 ̇    3 ̇    2 ̇    7    6    7
A    wak    ku     tan    sah     ke    li    ngan

6    56    3    7    6    5    3 ̇2 ̇7    65
Sa    i    ki     sing     tak     ra    sak    ne

2    3    5    5    5    5    67    65
Sa    ya     su    we     sa    ya     cu    wa

3    2    2    3    4    4    32
A    ku     kur     bi    sa     pas    rah

72    2    2    2    3    56    2    327
Ka    beh     ra    sa    mu     nggo     a    ku

5    5    65    32    3    4    4    32
O    ra     bi    sa     tak     ra    sak    na


     Penutup

Itulah tadi sedikit gambaran tentang Tembang Macapat. Setidaknya kita sebagai orang jawa, hendaklah kita bisa menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di sekitar kita, syukur-syukur kita bisa melantunkan Tembang macapat itu dengan baik dan benar.


0

SEJARAH KARAWITAN


Istilah Karawitan


Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit-belit, tetapi
rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan
khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia
yang bersistem nada nondiatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang
garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme,
memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian
instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar, mengandung
nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian
sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan
oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta
ditekuni. Secara hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh
Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan
gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk
kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang
bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk ketegori pusaka mempunyai
fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual.
Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan
gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat
musik tradisiaonal timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang
serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat
tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa
keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia
karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku
sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhinggendhing.
 

Definisi Seni Karawitan
 

Sebelum istilah karawitan mencapai popularitas di masyarakat seperti
sekarang ini, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan daerah
Jawa Tengah dan Yogyakarta, sudah sering terdengar kata rawit yang
artinya halus, indah-indah (Prawiroatmojo, 1985:134). Begitu pula sudah
terdengar kata ngrawit yang artinya suatu karya seni yang memiliki sifatsifat
yang halus, rumit, dan indah (Soeroso:1985;1986). Dari dua hal
tersebut dapat diartikan bahwa seni karawitan berhubungan dengan sesuatu
yang halus, dan rumit. Kehalusan dan kerumitan dalam seni karawitan
tampak nyata dalam sajian gending maupun asesoris lainnya.
Suhastjarja (1984) mendefinisikan seni karawitan adalah musik Indonesia
yang berlaras non diatonic (dalam laras slendro dan pelog) yang garapangarapannya
sudah menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme,
memiliki fungsi, sifat pathet, dan aturan garap dalam bentuk instrumentalia,
vokalis dan campuran, enak didengar untuk dirinya maupun orang lain.
Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada
beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih
dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran
atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul.
Karena cara membunyikan instrument itu dengan dipukul-pukul. Barang
yang sering dipukul namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau
berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan
itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka
benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gamelan, benda
yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya
gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah
suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul
(Trimanto, 1984).
Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan
dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat
kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada.
Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur
yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam
suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati
masyarakat.
Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang
yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan
tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa
seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto, 1984).
(Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwati, M.Hum dan Drs.
Afendy Widayat, 2006)
Jenis Musik Karawitan
Degung yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas khususnya daerah Jawa
Barat, musik tradisional yang mempunyai nilai musik berliku dengan iringan
kendang sunda dan suling musik degung ini biasanya di tampilkan dalam
acara pernikahan atau acara yang memiliki khusus musik tradisional musik
degung juga terlahir dari daerah Jawa Barat yang mempunyai unsur filosofis
dan simbolisme tentang kehidupan jaman sebelum masehi dan lirik syairnya
memiliki nada yang lembut dan halus biasa yang menyanyikan lagu degung
wanika yang setengah baya, musik degung dalam juga termasuk musik
kontemporer karena dalam gaya karakteristik musik degung berbagai variasi
yang digunakan di dalam notasinya dan instrumennya, ada pula yang
menyebutkan musik degung musik yang bernada pentatonik.
Kacapi suling musik yang terlahir dari musik karawitan yang mempunyai
khas karakteristik musiknya yaitu hanya memainkan alat musiknya 2 alat
yaitu kacapi suling dan musik tersebut juga tidak memiliki syair vocal
hanyalah musik instrumental yang bergumandang suling dan kacapi.
Ngawih adalah sebutan dari vocal di dalam musik karawitan ngawih tersebut
mengandung suara yang khas dan suara yang bergumandang halus dan
lembut dan menjiwai perasaan.
 

Musisi Musik Karawitan
 

Aki Dadan merupakan salah seorang putra Mang Endu (Endu Sulaeman
Apandi), Seniman Cianjuran. Sebagaimana silsilah para leluhur, Mang Endu
pernah menjadi murid R. Ece Madjid. Tokoh Cianjuran jaman dahulu kala
yang sangat dekat dengan Dalem R. A.A Wiranatakusumah. (Bahkan sempat
diboyong ke Bandung serta dinikahkan dengan R. Siti Munigar). Sesuai
dengan keterangan Aki Dadan pada suatu ketika, bahwa bibit buit Si Aki
pada dasarnya merupakan para abdi Dalem Cianjur dahulu dalam bidang
Seni Budaya. Jadi Si Aki sendiri lahir dan sejak masa kanak-kanak
dibesarkan dalam lingkungan tokoh-tokoh Mamaos Cianjuran. Ia mengaku
banyak berguru dan mendalami Seni Mamaos Cianjuran dari Endu Sulaeman
Apandi, ayahnya sendiri serta Ibu Anah Ruhanah. Sedangkan pendidikannya
sendiri, sebenarnya lulusan STM. Namun tidak pernah dimanfaatkan, karena
kecintaannya terhadap Seni Mamaos Cianjuran. Mulai aktif menyebarkan
Mamaos Cianjuran, sejak usia 16 tahun. Terus berkelana memenuhi
undangan untuk manggung, dihampir seluruh pelosok Jawa Barat, DKI,
Banten bahkan hingga ke wilayah Sumatera dan Bali. Sedangkan
pengalaman yang paling berkesan menurutnya, ketika ia terpilih menjadi
salah seorang duta kesenian melanglang ke Jepang serta ke Roma, Italy
pada tahun 1970.
 

Alat-Alat Musik Karawitan
 

Gendang atau dalam bahasa Sunda disebut “Kendang” merupakan salah
satu alat musik tradisional daerah Sunda, Jawa Barat. Alat musik kendang
ini terbuat dari bahan kayu nangka atau mangga, namun ada juga yang
menggunakan batang pohon kelapa. Kendang mempunyai dua ujung yang
berbeda lebar diameternya. Ukuran diameter ujung yang satu lebih besar
dari ujung yang lain. Kedua ujung itu ditutup oleh bahan kulit yang biasanya
terbuat dari kulit sapi, kerbau atau kambing. Karena permukaan samping
kendang itu halus, maka kendang biasanya dililit dengan tali yang di rajut
sedemikian rupa, adapun fungsi tali tersebut berguna agar kendang tidak
mudah bergeser ketika dimainkan. Sebagai penunjang bisanya juga di
letakan pada sanggahan dari kayu untuk mengatur posisi tinggi rendahnya
kendang yang disesuaikan dengan kenyamanan si penabuh. Ukuran
kendang sendiri ada dua jenis, yaitu kendang besar dan kendang kecil atau
disebut kulantir. Fungsi dari kendang utamanya adalah untuk mengatur
ritme atau tempo dari permainan musik sunda.
Kacapi salah satu alat musik Sunda yang digunakan dengan cara di petik
dan memiliki notasi da mi na ti la da dan bentuk panjang menggunakan
senar seperti halnya gitar namun kacapi ini sering digunakan untuk
karawitan dan memiliki senar yang terbilang 23 senar, macam-macam
kacapi beraneka ragam kacapi indung, kacapi pelog dan kacapi pupuh.
Suling alat musik tiup yang menggunakan notasi da mi na ti la da sama
halnya dengan kacapi namun berbeda penggunaan permainannya suling
tersebut bisa membantu dalam menyamakan nada kacapi bila mana kacapi
tersebut fals (tidak enak di dengarnya) suling ini mempunya lubang nada 6
dan berbagai macam suling yang digunakan.
 

Perkembangan Musik Karawitan
 

Berdasarkan sejarah, keberadaan gamelan sudah berabad-abad lamanya.
Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan-tulisan, maupun prasasti-prasasti di
dinding candi yang ditemukan. Perkembangan selanjutnya dari masa ke
masa mengalami perubahan, baik bentuk, jenis, maupun fungsinya. Dari
yang sangat sederhana, menjadi sederhana, kemudian menjadi lebih
komplit. Bukti tertua mengenai keberadaan alat-alat musik tradisional Jawa
dan berbagai macam bentuk permainannya dapat ditemukan pada piagam
Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa. Kesederhanaan bentuk, jenis dan
fungsinya tentu berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat pada waktu
itu. Pada piagam tersebut terdapat gambar sangka-kala, yaitu semacam
terompet kuno yang digunakan untuk perlengkapan upacara keagamaan
(Palgunadi, 2002:7).
Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah mengalami perjalanan sejarah
yang panjang bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar,
seperti Majapahit, dan Mataram. Di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan
tersebut, gamelan (seni karawitan) mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Sehingga menarik para ilmuwan asing untuk mempelajari dan
mendokumentasikan. Banyak penemuan-penemuan hasil penelitian yang
dilakukan oleh ilmuwan asing. Sebagian hasil penemuan tersebut
selanjutnya digunakan untuk mempelajari seni karawitan.
Perkembangan yang terjadi pada dunia seni karawitan menggambarkan
bahwa seni karawitan merupakan suatu produk kebudayaan yang selalu
ingin berkembang, menyesuaikan dengan kondisi jaman. Hal ini sesuai
dengan kodratnya, bahwa seni karawitan sebagaimana cabang seni
pertunjukan tradisi lainnya dikategorikan dalam jenis senikomunal, yaitu
seni yang lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat. keberadaan dan
perkembangannya tergantung pada kondisi masyarakat. Dalam konteks
yang lain dapat dikategorikan dalam bentuk seni yang patronage, yaitu seni
jenis yang mengabdi kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap sebagai
payungnya. Sehingga keberadaan dan perkembangannya tergantung pada
penguasa.
Pada jaman kerajaan perkembangan seni karawitan berjalan pesat. Peran
Raja sebagai penguasa tunggal sangat menentukan hidup dan matinya suatu
bentuk seni. Seperti yang diutarakan dalam puisi abad ke-14 kakawin
Negarakertagama. Kerajaan Majapahit mempunyai lembaga khusus yang
bertanggung jawab mengawasi program seni pertunjukan (Sumarsam,
2003:19). Begitu pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu
pertanda kekuasaan raja adalah keterbilatan gamelan dan teater pada
upacara-upacara atau pesta-ria kraton (Sumarsam, 2003:11).
Perkembangan seni karawitan berlanjut dengan munculnya Kerajaan
Mataram. Pada jaman ini dianggap sebagai tonggak seni karawitan,
terutama untuk gaya Yogyakarta dan Surakarta. Tidak hanya penambahan
jenis-jenis gamelan saja, melainkan fungsi seni karawitanpun mengalami
perkembangan. Disamping sebagai sarana upacara, seni karawitan juga
berfungsi sebagai hiburan. Dahulu seni karawitan produk kraton hanya
dinikmati di lingkungan kraton. Selanjutnya karena keterbukaan kraton dan
palilah Dalem, seni karawitan produk kraton sudah berbaur dengan
masyarakat pendukungnya.
Dari realita tersebut terlihat begitu kuatnya peran penguasa dalam
menentukan keberadaan suatu bentuk kesenian. “Sabda pandhito ratu”
merupakan kebiasaan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan pada saat
itu. Eksistensi dan perkembangan kesenian di masyarakat, keadaannya,
penciptaannya, pelaksanaannya tergantung pada kegiatan para pendukung,
dan adat kebiasaan yang berlaku. Popularitas suatu cabang seni bertalian
erat dengan kegemaran orang banyak pada suatu waktu, hidup suburnya
berkaitan dengan penghargaan, bantuan materil dari penguasa
(Djokokoesoemo, tt:132-133).
0

Notasi Wayangan

ASS-01 : Ayak-Ayak Sl.6
Bk:    . . . 6

A:     . 5 . 6    . 5 . 6    . 2 . 1    . 3 . 2    . 6 . 5

B:     3 2 3 5    2 3 5 6    1 6 5 6    3 5 3 2
       5 6 5 3    5 6 5 3    2 1 2 6    2 1 2 3
       5 6 5 3    2 1 3 2    6 5 3 5
       3 2 3 5    3 2 3 5    2 3 5 3    5 2 3 5

Swk:   6 6 5 6    3 2 1 6


________________________________________
ASS-02 : Srepeg Sl.6
Bk:    . . . 5

A:     6 5 6 5    2 3 5 3
       5 3 5 3    5 2 3 5    1 6 5 3    6 5 3 2
       3 2 3 2    3 5 6 5

Lik:   2 1 2 1    3 2 3 2    5 6 1 6
       1 6 5 3    2 3 2 1    3 2 6 5    3 2 3 5

Swk:    . . . .    3 6 3 2


________________________________________
ASS-03 : Sampak Sl. 6
Bk:     . . . 5

A:      5 5 5 5    3 3 3 3
        3 3 3 3    5 5 5 5    2 2 2 2
        6 6 6 6    5 5 5 5

Lik:    1 1 1 1    2 2 2 2    6 6 6 6
        3 3 3 3    1 1 1 1    6 6 6 6    5 5 5 5

Swk:   . . 2 2


________________________________________
ASS-04 : Ayak-Ayak Sl.9
Bk:     . . . 1

A:      . 2 . 1    . 2 . 1    . 3 . 2    . 6 . 5

B:      1 6 5 6    5 3 5 6    5 3 5 6    3 5 6 5
        3 2 3 5    3 2 3 5    1 6 5 6    5 3 2 1

C:      2 3 2 1    2 3 2 1    3 5 3 2    5 3 5 6
        5 3 5 6    5 3 5 6    2 3 2 1    3 5 6 5
        3 2 3 5    3 2 3 5    3 2 1 2    3 5 6 5
        3 2 3 5    3 2 3 5    1 6 5 6    5 3 2 1

Swk:    . . . .    3 2 6 5


________________________________________
ASS-05 : Srepeg Sl.9
Bk:     . . . 5

A:      6 5 6 5    2 3 2 1
        5 6 2 1    2 1 3 2    3 5 6 5
        1 6 5 6    5 3 5 6    5 3 1 2    3 5 6 5
        6 5 6 5    2 3 5 6    5 1 5 2    5 3 2 1

B:      2 1 2 1    3 2 3 2    5 6 1 6
        1 6 1 6    2 1 2 1    3 5 6 5
        6 5 6 5    3 2 1 2
        3 2 3 2    3 5 6 5
        6 5 6 5    2 3 2 1

Swk:    . . . .    3 2 3 5


________________________________________
ASS-06 : Sampak Sl.9
Bk:     . . . 5

        5 5 5 5    1 1 1 1
        1 1 1 1    2 2 2 2    6 6 6 6
        6 6 6 6    1 1 1 1    5 5 5 5
        5 5 5 5    2 2 2 2
        2 2 2 2    5 5 5 5

Swk:    . . 5 5

________________________________________
ASS-07 : Ayak-Ayak Sl.M
Bk:    . . . 2

A:    . 3 . 2    . 3 . 2    . 5 . 3    . 2 . 1

B:    2 3 2 1    2 3 2 1    3 5 3 2
    3 5 3 2    5 3 5 6

C:    5 3 5 6    5 3 5 6    5 3 2 3    6 5 3 2
    3 5 3 2    3 5 3 2    3 3 2 3    2 3 2 1

D:    5 3 5 6    5 3 5 6    5 3 2 1   
    2 3 2 1    3 5 3 2    5 3 5 6

E:    5 3 5 6    5 3 5 6    2 3 2 1    3 5 3 2

Swk:    1 1 2 1    3 2 1 6
________________________________________
ASS-08 : Srepeg Sl.M
Bk:    . . . 2

    3 2 3 2    5 3 5 3    2 3 2 1
    2 1 2 1    3 2 3 2    5 6 1 6
    1 6 1 6    5 3 5 3    6 5 3 2

Swk:    . . . .    3 6 3 2
________________________________________
ASS-09 : Sampak Sl.M
Bk:    . . . 2

    2 2 2 2    3 3 3 3    1 1 1 1
    1 1 1 1    2 2 2 2    6 6 6 6
    6 6 6 6    3 3 3 3    2 2 2 2

Swk:    . . 2 2

0

Siter

Siter dan celempung adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya juga dengan kecapi di gamelan Sunda.
Siter dan celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar, direntang kedua sisinya di antara kotak resonator. Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam sebuah kotak ketika dimainkan, sedangkan celempung panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki empat kaki, serta disetel satu oktaf di bawah siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai salah satu dari alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Baik siter maupun celempung dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).
Nama “siter” berasal dari Bahasa Belanda “citer”, yang juga berhubungan dengan Bahasa Inggris “zither”. “Celempung” berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan.
Senar siter dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan getaran ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen gamelan. Jari kedua tangan digunakan untuk menahan, dengan jari tangan kanan berada di bawah senar sedangkan jari tangan kiri berada di atas senar.
Siter dan celempung dengan berbagai ukuran adalah instrumen khas Gamelan Siteran, meskipun juga dipakai dalam berbagai jenis gamelan lain.
Pada umumnya siter mempunyai dua belas nada, yaitu dari kiri ke kanan: 2, 3,5,6,1,2,3,5,6,1,2,3. (contoh untuk siter slendro). Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam sebuah kotak ketika dimainkan.
Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.
Dalam permainannya Siter dimainkan dengan petikan oleh ibu jari kiri dan kanan. Alat ini juga memainkan melodi tersendiri. Siter dibuat dengan dua sisi, yaitu sisi atas dan sisi bawah.

0

BANASPATI



Ada banyak versi mengenai sosok Banaspati sendiri , di antaranya sebagai berikut :

Versi Pertama

Banaspati adalah makhluk yang terbuat dari api. Kepala berada dibawah dan berkobar api sedangkan kakinya berada diatas.
Postur tubuhnya hampir mirip manusia, akan tetapi yang membuat mereka berbeda dari manusia pada umumnya adalah badannya yang merah menyala, bertanduk, bermata satu dan tidak memiliki batang hidung

Mereka hidup didalam tanah ditempat-tempat yang gelap. Dunia mereka dihubungkan dengan dunia luar melalui lorong-lorong gua, setiap makhluk Banaspati memiliki kemampuan tersebut karena menguasai sihir Pati Geni
Konon katanya mereka suka terhadap emosi manusia yang meledak-ledak (marah) apalagi sampai terjadi hal yang melebihi dari itu. Mereka pastinya akan pulang dengan perut kenyang dan tertawa karena apa yang di inginkannya di dapat.
Ada juga mitos yang mengatakan jika seseorang yang melihat makhluk ini bisa gila dan yang paling parah meninggal.
Kelebihan dari banaspati adalah tubuhnya yang tahan terhadap api atau bisa di bilang tubuhnya memang mengandung api, sehingga sulit sekali untuk di dekati. Daun, ranting atau bahkan pohon sekalipun bisa terbakar jika didekati oleh banaspati


Santet Banaspati

Santet Banaspati ini adalah santet yang dapat dipergunakan untuk membunuh lawan, misalnya seorang yang mengganggu rumah tangga atau jalan kesuksesan kita. Santet ini bersifat langsung mematikan target dengan perantara Banaspati dan Kemamang yang dikenal masyarakat luas sebagai sosok gaib yang mengerikan dan bersifat mematikan lawan, dan siapapun yang berhadapan dengan Banaspati atau Kemamang bisa dipastikan akan menjumpai ajalnya dengan mengenaskan disertai dengan kerusakan fisik.
Santet ini merupakan ilmu kuno yang jarang dipakai, kecuali untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan seseorang. Misalnya, mempertahankan keutuhan rumah tangga yang diganggu orang lain. Maka berhati-hatilah dengan santet jenis ini, sebab Banaspati dan Kemamang sanggup menyelesaikan tugasnya dengan baik dan sukses.

Versi ke dua
Hantu itu bernama Banaspati
           di mitos orang jawa kuno ada yang namanya hantu ilu-ilu dan banaspati. banas pati sendiri menurut ceritanya adalah hantu penghisap darah atau tepatnya siluman penghisap darah. karena umumnya pengertian orang tentang hantu ialah arwah orang mati penasaran. banaspati sendiri digambarkan sebagai sosok kecil berwarna hitam berwajah mengerikan dan mempunyai caling atau taring. mungkin inilah yang membuat sosok banaspati itu mengerikan.
di mitos barat terdapat pangeran vampire yang terdiri dari berbagai versi. kesamaan antara berbagai versi vampir di dunia barat adalah asal mula vampir itu sendiri dari kaum bangsawan. kesamaan mitos barat vampire dan mitos jawa banas pati ialah sama-sama mahluk penghisap darah.
 akan tetapi ada sedikit perbedaan pada vampire dan banas pati yakni pada tempat mereka bermunculan, maksudnya di mitos barat vampir selalu muncul dari kastil dan peti mati. sedangkan di mitos jawa banas pati ialah sesuatu mahluk yang muncul pada masa perang dan lagian konon kabarnya banaspati ini tidak menyukai darah manusia hidup

0

MAKNA AJARAN DEWA RUCI



- Pencarian air suci Prawitasari

Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.

- Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka

Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.

1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.

2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.

Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.

- Raksasa Rukmuka dan Rukmakala

Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.

Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).

Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)

Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.

- Samudra dan Ular

Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.

Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.

2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.

3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.

4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.

5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.

6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.

7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.

8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.

9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.

10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.

11. Samadi.

12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.

Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci

Sesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.

Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :

- Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.

- Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.

Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.

Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima

Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.

Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.

Tusuk konde besar dari kayu asem

Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada kekeyaan duniawi.

Tanda emas diantara mata.

Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.

Kuku Pancanaka

Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.

Melambangkan :

1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.

2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.

Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati.

0

Bathari Durga Panguwasa Kabeh Setan Priprayangan



Bathari Durga iku mula bukane duwe jeneng Dewi Pramuni kang sulistya ing rupa. Dewi Pramuni mendhem rasa tresna marang panguwasa tribuwana, yaiku Bathara Guru. Kanggo nggayuh ketemune rasa tresnane marang Bathara Guru, sawijining dina Dewi Pramuni tapa brata. Sawise nemoni maneka rupa pacoban lan godhan, wusanane katekan Bathara Guru, Dewi Umayi lan Bathara Kala. Ing wawanrembug antarane Bathara Guru lan Dewi Pramuni, adhedhasar andharan ing Kitab Purwacarita, kaya kang kapethik ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Bathara Guru gelem nyembadani pepenginane Dewi Pramuni kang pengin dadi prameswarine. Ananging ora kabul sakabehe, amarga mung tata lair wae sing bisa dadi prameswarine Bathara Guru. Dene jiwane ora bisa dadi prameswarine panguwasa tribuwana iku. Amarga kasektene Bathara Guru, Dewi Umayi lan Dewi Pramuni banjur ijolan raga. Jiwane Dewi Umayi manjing ing ragane Dewi Pramuni, lan suwalike jiwane Dewi Pramuni manjing ing ragane Dewi Umayi kang arupa raseksi. Adhedhasar andharan ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Dewi Pramuni (jiwane Dewi Pramuni kang manjing ing ragane raseksi Dewi Umayi sabanjure antuk jejuluk Bathari Durga kang tegese kuciwa, ala, ora nyenengake. Lan sabanjure Dewi Durga dipacangake kalawan Bathara Kala. Lan wiwit wektu iku, Bathari Durga disembah dening para kang ngrasuk agama Durga. Bathari Durga katetepake dumunung ing kayangan Krendayana. Kayangan iku sabanjure kondhang sinebut pasetran Gandamayit/Ganda Umayi. Bathari Durga antuk jejibahan nguwasani para gandarwa, setan lan titah datan kasat mata liyane kang asipat durangkara. Ing jagad pewayangan, wandane Bathari Durga iku arupa Rangkung. Dene Dewi Umayi (jiwane Dewi Umayi kang manjing ing ragane Dewi Pramuni) iku watake sabar, rasa pangrasane alus sarta landhep, adil, wani mbelani bebener, tanggung jawab, bekti mring sisihane lan gemati marang anak turune. Ing lakon carangan Sudamala, Bathari Durga antuk ruwat lan bisa luwar saka wujud raseksine dening Sahadewa. Bathari Durga sabanjure palakrama kalawan Bathara Kala lan peputra Dewasrani. Ing jagad pedhalangan, Dewasrani iku putrane Bathari Durga lan Bathara Guru. Bathari Durga duwe hak paring bebana marang sapa wae kang nyembah dheweke. Ing lakon Sumbadra Larung, Bathari Durga paring pangestu marang pepenginane Burisrawa kanggo nresnani Dewi Sumbadra. Ing lakon Pancawala Lena, Bathari Durga mbiyantu Leksmana Mandrakumara, pangeran pati ing Astina, lan paring pangestu marang pepenginane Leksmana kang arep nglamar Dewi Pergiwati, putrane putri Arjuna. Dene ing lakon Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga paring bebana marang Samba, putrane Sri Kresna, lan paring pangestu mring gegayuhane kanggo ngrebut Wahyu Cakraningrat. Sapa kang kasil ngrengkuh Wahyu Cakraningrat pinitaya bakal dadi raja gung binathara. Ananging ing telung kedadeyan iku, kabeh ora ana kang bisa kasembadan pepenginane. Kabeh gegayuhane para satriya ing telu kedadeyan iku padha cabar. Iku amarga pepesthen tumrap sipat jiwane kang adoh saka sing dipengini. Bathari Durga dadi sesembahane para kang nganut agama Durga kang duwe aturan lan paugeran dhewe. Miturut Pustaka Raja Purwa kaya kang kapethik ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, cacahe agama kang nyembah dewa karana Bathari Durga dadi ana wolu. Kawolune yaiku agama Syiwa (nyembah Sanghyang Syiwa/Bathara Guru), agama Sambo (nyembah Sanghyang Sambo), agama Brahma (nyembah Sanghyang Brahma), agama Indra (nyembah Sanghyang Indra). Sabanjure, agama Bayu (nyembah Sanghyang Bayu), agama Wisnu (nyembah Sanghyang Wisnu), agama Kala (nyembah Sanghyang Kala) lan agama Durga (nyembah Sanghyang Bathari Durga)

http://udinesemilanisti.blogspot.com/2013/09/cerita-wayang-versi-bahasa-jawa-bathari.html
0

PANDHAWA LIMA



            Crita wayang sing paling digandrungi masyarakat iku lumrahe cerita kang megepokan karo serial Mahabarata. Sanadyan cerita Ramayana anane luwih dhisik nanging prayata kanggone wong jawa crita wayang Mahabarata katone luwih digandrungi. Bab iki kabuktekake kanthi anane paraga wayang utawa gambar wayang kang dipasang ing saben omah.

Akeh-akehe sing dipasang ingkana paraga cerita Mahabarata. Kaya mangkono iku nuduhake Manawa kang duwe omah pancen wis tepung lan nduweni tokoh kaya kang di idolakake iku.
          
Pandhawa iku cacahe ana lima, mula terus kaprah diarani Pandhawa Lima Puntadewa ya Yudhistira minangka putra pambayun, watak ambeg darma lan nrima ing pandum sarta adoh ing hawa kamurkan.

Raden Werkudara ya Bima sena gedhe dhuwur lan gagah prakosa kang nomer loro, Raden Janaka ya Kumbang Ali-ali kang kondhang ngganthenge, prigel lan trampil manah minangka panengahe Pandhawa,dene Nakula Sadewa mujudake satriya kembar kang uga duwe watak utama, ambeg darma, lan luhur bebudene. Wiwit cilik mula wis katon luhuring budi,seneng tetulung, welas asih marang sapadha wong kang nandhang kasangsaran.

            Raden Puntadewa iku peparab liyane Yudhistira, Dwijakangka, Gunatalikrama, Darmakusuma, kratone manggon ing Ngamarta utawa Indraprasta. Panjenengane kagungan garwa Dewi Drupadi putra putrine Raden Drupada, ratu ing Negara Cempala utawa Pancala.

Werkudara satriya ing Jodipati garwane aran Dewi Arimbi. Arjuna satriya ing Madukara garwane Dewi Sembadra lan Srikandi. Nakula Sadewa satriya ing Sawojajar. Cethane Pandhawa lima iku watak lan tindak tanduke kena kanggo tepa patuladhane para kawula mudha. Apamaneh kadigdayan lelimane mujudake satriya kang pilih tandhing.

            Nalika dadi muride Pandhita Durna, Pandhawa wis bisa ngatonake kepinteran lan keprigelane. Raden Arjuna prigel menthang gandhewa lan trampil migunakake keris. Raden Werkudara dhasar gagah prakosa kondhang kagungan sanjaya kuku Pancanaka lan gada rujak pala. Pandhawa katon luwih prigel keimbang murid liyane. Ewasemana, ora tau lan pancen ora  seneng pamer kadigdayan.Malah watake andhap asor lembah manah lan ngajeni marang sapepadhane.

            Akeh lelakon kang dilakoni  Pandhawa kasengsaran iku mau dituwuhake saka Kurawa kang kepingin nyirnakake Pandhawa. Wusanane kabeh kasangsaran iku bisa kasil kabengkas lan kuwat dilakoni. Beda banget karo Kurawa sing ora kuwat nglakoni.

            Pranyata menawa dideleng ing antarane Pandhawa lan Kurawa iku isih kadang, sebab Pandhawa iku putrane Prabu Pandhudewanata. Sedenge Kurawa iku putrane Prabu Destrarastra. Prabu Pandhu Dewanata iku kaprenah adhine Prabu Destrarastra.

                       Apa sebabe dene ing antarane kadang  Pandhawa lan Kurawa ora bisa rukun? Iki  amerga Dewi Gendari kepingin digarwa dening Prabu Pandhu Dewanata nanging kena apa kok malah diwenehake marang kangmase sing wuta iku ?. Mula banjur nibakake pangipat-ipat manawa besuk saturun-turunne bakal dadi mungsuh bebuyutan


http://www.kelasjawa.com/2014/08/cerita-wayang-pandawa-lima-silsilah.html