Kepercayaan orang jawa


Masyarakat orang Jawa sebagian besar menganut agama Islam. Dalam kenyataannya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu masyarakat  Santri dan masyarakat Kejawen. Dalam masyarakat santri banyak dijumpai masjid, mushola dan langgar-langgar.

Dalam masyarakat Islam Kejawen tidak secara patuh menjalankan ibadah-ibadah serta ajaran Islam. Mereka hanya mengikuti tradisi-tradisi ke-Islaman seperti perayaan Gerebeg Maulud, menyambut tahun baru Islam 1 Syura, ikut bergembira dalam hari raya Idul Fitri, Nyadran di daerah Klaten dan sebagainya.

Golongan Islam Kejawen masih melakukan kebiasaan yang berbau animisme/dinamisme, mistik seperti :
- sesaji bunga setamanan pada tiap malam jumat.
- membakar kemenyan sambil minta berkah di tempat-tempat yang dianggap bertuah.
- percaya pada benda-benda magis seperti keris, azimat, burung perkutut, pusaka keraton dan sebagainya.

Dengan kuatnya jiwa religius nin maka kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka hanya bersikap pasrah menerima segala apa yang terjadi di atas dirinya. Mengingat bahwa semua itu sudah menjadi takdir Illahi.

Di samping kepercayaan ke-Islaman, orang Jawa pada umumnya masih percaya terhadap roh-roh halus yang berada di sekitar mereka seperti adanya : jin, genderuwo, demit, lelembut, wewe, thuyul dan roh nenek moyang yang masih bergentayangan.

Pada umumnya mereka  takit kepada roh-roh halus seperti tersebut di atas, karena mereka bisa mendatangkan celaka. Untuk menghindari akibat buruk pengaruh roh-roh jahat tersebut, maka orang-orang Jawa sering mengadakan selamatan-selamatan yang diperinci menjadi 4 macam, yaitu :

    Selamtan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, misalnya : brokohan waktu lahir, upacara potong rambut pertama, tedak siti, tetak (sunat), pernikahan, kematian, menolak bahaya (murwa kala).
    Selamatan bersih desa, turun ke sawah (methik), sewaktu panen raya dsb.
    Selamatan pada peringatan hari-hari besar agama Islam.
    Selamatan pada saat-saat yang tidak tertentu, seperti menempati rumah baru, boyongan, nadzar, pergi jauh dan lain.lain.

Di antara berbagai jenis selamatan tersebut, selamatan untuk seseorang yang sudah meninggal sangat diperhatikan dan dilakukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Jawa. Tujuannya, untuk memberi penghormatan kepada roh orang yang sudah meninggal, dan untuk membantu keselamatan roh nenek moyang di alam baka.

Macam selamatan orang meninggal orang Jawa adalah :
1. hari ke-1 = surtanah (geblok)
2. hari ke-3 = nelung ndina
3. hari ke-7 = mitung ndina
4. hari ke-40 = matang puluh dina
5. hari ke-100 nyatus dina
6. tahun ke-1 = mendak pisan
7. tahun ke-2 mendak pindho
8. dan yang terakhir hari ke-1000 = nyewu dina.

Di samping selamtan-selamatan sering juga disebut sesajen, yaitu penyerahan sesaji kepada makhluk halus pada saat-saat tertentu di tempat-tempat tertentu pula, misalnya : disudut-sudut rumah, di persimpangan jalan, di kolong jembatan, di bawah pohon-pohon besar, dan sebagainya.

Hari-hari sesajen yang sering dilakukan adalah malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at Kliwon. Biasanya itu terdiri dari kembang, telon, kemenyan, uang recehan dan kue apem.

Itulah sekilas kepercayaan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah yang masih kental dengan pengaruh Keraton Solo.




http://javaneseart-culture.blogspot.com/2013/12/kepercayaan-orang-jawa.html

0 komentar:

Posting Komentar